Sawo Tegalsari

Minggu 02-01-2022,07:55 WIB

Mengapa di akhir perang Diponegoro banyak pengikut utamanya melarikan diri ke sekitar Ponorogo? Tentu terkait dengan Tegalsari. Mereka sudah mengenal ada pondok hebat yang akan melindungi mereka.

Apalagi Pangeran Diponegoro alumni Tegalsari. Sang pangeran dan pengikutnya, umumnya satu aliran: tarekat yang diajarkan Kasan Besari.

Pertanyaan yang belum terjawab adalah: apakah joglo Tegalsari itu rumah yang baru dibangun. Atau rumah lama di Solo yang dibongkar, dipindah ke Tegalsari.

Yang jelas, tidak ada joglo di mana pun yang konstruksinya menggunakan blandar gantung. Kecuali dari dan atas seizin Keraton Surakarta.

"Pak Dahlan harus ke rumah Pak Anies. Harus lihat sendiri. Itu jenis joglo seperti apa," ujar Reno de Topeng yang tinggal di Surabaya.

Saya mengenal Reno bukan saja sebagai aktivis gereja, juga sebagai salah satu pemuka masyarakat Tionghoa di Surabaya. Saya tidak pernah tahu nama aslinya. Tapi untuk kepentingan tulisan ini saya harus bertanya.

"Pak Reno bermarga apa?"

“Marga saya Halsamer," jawabnya.

"Mana ada marga Tionghoa Halsamer..." tukas saya.

"Saya ini Jawa Belanda," jawabnya. "Kakek saya Belanda, nenek saya Jawa," tambahnya.

"Kok selama ini saya mengenal Anda sebagai Tionghoa?"

"Saya ada juga keturunan Tionghoa. Ayah saya Tionghoa asli Tiongkok. Tidak mau jadi WNI. Tetap memilih sebagai WNA. Sehingga saya ikut marga ibu," kata Reno Halsamer.

Untuk menelusuri joglo Tegalsari itulah Reno harus bertemu Anies Baswedan. Harus ke rumah Anies di Jakarta. Joglo itu telah menjadi rumah Anies. Sejak tahun 2012.

Pekan lalu Reno ke Jakarta. Bersama keluarga dari Tegalsari. Ia mengambil foto, video, dan membaca dokumen-dokumen joglo itu.

"Waktu kecil saya tidur di joglo ini," ujar anggota rombongan Reno dari Tegalsari.

Reno juga ngobrol panjang dengan Anies Baswedan. Berfoto bersama —sebagian dikirim ke saya.

Tags :
Kategori :

Terkait