Sawo Tegalsari

Minggu 02-01-2022,07:55 WIB

Bayangkan istemewanya joglo Tegalsari ini: blandarnya yang begitu panjang tidak ditopang oleh tiang satu pun. Padahal ada empat blandar yang membentuk segi empat.

"Ini pasti joglo yang ada kaitannya dengan raja Solo," ujar Danang dalam hati. Ini bukan joglo biasa.

Ia pun semakin seru melakukan penelitian: apa hubungan Tegalsari yang begitu pelosok di Ponorogo dengan raja Solo.

Misteri besar.

Misteri panjang. Pun sampai seorang Gus Dur —keturunan Kasan Besari— menyimpulkan Tegalsari adalah cikal bakal lahirnya istilah pondok, mondok, yang kini jadi pondok pesantren.

Gus Dur sering ke Tegalsari. Tentu. Pun selama menjabat presiden keempat Indonesia.

Pangeran Diponegoro lulusan Tegalsari.

Sastrawan besar pujangga Ronggowarsito alumnus Tegalsari.

Kiai Kasan Besari adalah guru besar mereka.

Aneh. Beliau bukan wali. Tidak pernah mendapat gelar wali. Tapi barangkali beliau adalah walinya para wali.

Atau bukan.

Beda konsep.

Semua wali ada di pesisir pantai.

Kasan Besari di pedalaman. Dari 'hasan menjadi kasan saja sudah terlihat jelas: Kasan Besari lebih Jawa. Bukan Habib. Aliran tarekatnya pun sangat dekat dengan kejawen: Syatariyah. Beliau adalah mursyid —dianggap sebagai wasilah nabi— di tarekat itu.

Kasan Besari hidup di tahun 1700-an. Yakni pada masa kerajaan Solo diperintah oleh Pakubuwono II.

Terjadilah pemberontakan di Keraton Solo. Pakubuwono II digulingkan dari takhta. Sang raja menyingkir ke Ponorogo. Untuk minta perlindungan ke kiai terkemuka di Tegalsari. Nama Kasan Besari telah besar —populer sangat sakti, pun sampai di telinga Solo. Kasan Besari menampung dan melindungi sang raja.

Tags :
Kategori :

Terkait