Sawo Tegalsari

Minggu 02-01-2022,07:55 WIB

Begitu bisa membeli tanah di gang sempit itu Anies menghubungi Danang. Ia menceritakan soal tanah miring itu. Anies bertanya: apakah bisa dicarikan rumah joglo.

Jawaban Danang mengejutkan Anies. "Sudah saya sediakan," ujar Danang.

"Apa maksudnya?" tanya Anies.

"Sudah ada. Tenang saja," jawabnya.

Danang memang tidak pernah bercerita bahwa ia pernah membeli kayu joglo satu unit. Itu sudah empat tahun lalu. Danang memindahkan tumpukan kayu di Tegalsari itu ke Yogya. Ia pilih-pilih. Ia pilah-pilah. Berdasar fungsi masing-masing kayu.

Setelah itu, Danang mencoba merangkai kembali joglo itu. Di tanahnya di Yogya. Sampai bisa berdiri sebagai joglo utuh.

Setelah dibawa ke Yogya, Danang tidak pernah punya rencana akan diapakan joglo itu. Yang jelas, sejak tahu riwayat di balik joglo itu ia tidak akan menjadikannya sebagai mebel.

Maka begitu dihubungi Anies, ia berpikir: joglo Tegalsari itu akan dipindah ke Jakarta. Jadi rumahnya Anies.

Danang pun ke Jakarta. Melihat tanah itu. Bersama teman arsitek Yogya. Mereka pun sepakat: akan digali tiga kolam di lahan itu. Tanah galian kolam itu akan dipakai mengurug bagian miring terdekat dengan gang.

Tiga kolam itu:

1). Kolam ikan hias di cerukan dekat gang.

2). Kolam pemisah antar ruang keluarga dengan halaman.

3). Kolam khusus: yang dalamnya sampai 4 meter, panjang 6 meter, dan lebar 3 meter. Inilah kolam resapan.

Ukuran kolam khusus itu disesuaikan dengan hitungan: atap rumah itu akan membuang berapa kubik air hujan. Harus tertampung 100 persen di kolam itu. Atap rumah tidak boleh menyumbangkan banjir sedikit pun. Betapa pun di belakang sana ada sungai Grogol.

Itulah konsep rumah modern yang ramah lingkungan. Kalau semua rumah bisa menampung sendiri air hujan dari atap mereka, maka tidak akan ada banjir. Itulah sistem perkotaan baru yang Anies ikut pelajari selama di Amerika.

Lalu diputuskan pula soal penampakan joglo itu nanti.

Tags :
Kategori :

Terkait