Sawo Tegalsari

Minggu 02-01-2022,07:55 WIB

Yang terakhir, justru rumah tinggalnya sendiri yang disumbangkan. Yang di Jalan KH Mas Mansyur, Surabaya. Yang besar dan megah. Ada dua kubah kaca gaya art deco di atasnya: diserahkan untuk dijadikan rumah sakit. Itulah rumah sakit Al Irsyad sekarang.

Harta lainnya banyak dijual untuk membiayai perjuangan kemerdekaan.

Sang kakek lantas hidup berpindah-pindah. Mengikuti arah perjuangan kemerdekaan. Anak-anaknya lahir di banyak tempat —sesuai dengan perjalanan perjuangan.

Ayah Anies, Rasyid Baswedan lahir di Kudus. Saat itu sang kakek lagi jadi redaktur di koran Tionghoa, Sin Tit Po, Semarang.

Sampai pun ketika sang kakek ikut Bung Karno pindah ke Yogya, tidak punya lagi rumah. Sang kakek, A.R. Baswedan, diangkat Bung Karno menjadi salah satu menterinya.

Sebagai menteri, A.R. Baswedan tinggal di rumah pondokan yang diberikan oleh Haji Bilal. Satu rumah untuk beberapa menteri.

Ayah Anies tinggal di rumah kakek pemberian Haji Bilal itu.

Sang ayah kemudian jadi dosen ekonomi di UII (Universitas Islam Indonesia) Yogyakarta. Dosen UII itu lantas mengawini dosen IKIP Yogyakarta: Aliyah. Asli Sunda. Dari Kuningan. Di kaki Gunung Ceremai.

Ketika hamil, Aliyah diminta pulang ke Kuningan. Ibunyi menghendaki anak wanitanyi itu melahirkan pertama harus di Kuningan. Begitu adat keluarganyi. Anies Baswedan lahir di Kuningan. Di tangan bidan desa. Berarti Anies itu suku campuran: Arab, Jawa, Sunda.

Umur satu bulan Anies dibawa balik ke Yogya. Tumbuh di Yogya. TK di Yogya. SD, SMP, SMA dan kuliah di Yogya. Jadilah Anies orang Yogya. Teman-teman aktivisnya pun orang Yogya.

Tamat SMA, Anies ke Amerika. Ke Milwaukee. Ikut pertukaran pelajar. Pulang dari Amerika barulah masuk Universitas Gadjah Mada, di fakultas Sospol. Teman satu bangkunya di SMA masuk ke fakultas peternakan.

Setelah lulus keduanya mengambil jalan yang berbeda: Anies jadi guru. Temannya, si sarjana peternakan, jadi ahli bangunan.

Tapi baik yang guru maupun yang ahli bangunan sama-sama tetap menaruh minat di kebudayaan. Dua-duanya lebih dikenal sebagai intelektual-budayawan. Bahkan temannya itu menjadi sangat spesialis: budaya Jawa. Termasuk sampai ke soal rumah joglonya.

Itulah Danang, si pembeli onggokan kayu bekas rumah joglo di Tegalsari.

Danang masih sedarah dengan pelukis terkemuka Basuki Abdullah.

Kapan-kapan saya harus ke Yogya. Bertemu Danang. Agar tidak hanya Pendeta Reno yang dapat cerita langsung darinya.

Tags :
Kategori :

Terkait