Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut industri kesehatan menjadi salah satu sektor prioritas investasi. Hal ini menyusul kondisi pandemi yang melanda dunia.
"Belajar dari pengalaman penanganan Pandemi Covid-19, Indonesia perlu mengurangi ketergantungan pada impor sehingga industri kesehatan adalah salah satu area prioritas untuk Investasi," katanya, dikutip Sabtu (4/12).
Pasalnya, ada perubahan permintaan konsumen, pertumbuhan kelas menengah, penemuan terapi baru, konsentrasi penyakit dan peningkatan pandemi, fokus pada pengendalian biaya, inovasi digital dan telemedis.
"Industri kesehatan di Indonesia memiliki potensi besar yakni naiknya pendapatan rumah tangga kelas menengah, dan kampanye perawatan kesehatan universal," katanya.
Pemerintah membuka peluang untuk investasi di bidang kesehatan lantaran tidak ingin terus tergantung dari produk impor.
Menurut Luhut, dengan dukungan untuk pengembangan industri kesehatan, dia yakin bahwa ragam ekspor akan meningkat dan mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah.
Koordinator PPKM Jaw-Bali itu memaparkan bahwa defisit perdagangan alat kesehatan Indonesia terus meningkat dengan defisit perdagangan yang naik hampir 4 kali lipat dari 161 juta dolar AS pada tahun 2013 menjadi 531 juta dolar AS pada tahun 2020.
Meningkatnya defisit perdagangan disebabkan impor alat kesehatan yang terus meningkat sejak tahun 2015. Selama dua tahun terakhir impor tumbuh dua digit lebih dari 10 persen dan mencapai 703 juta dolar AS pada tahun 2020.
Sementara itu, pertumbuhan ekspor terbatas, hanya sekitar 3 persen-5 persen dalam tiga tahun terakhir dan hanya mencapai 171 juta dolar AS pada tahun 2020.
Indonesia mengandalkan produk impor sebagian besar untuk alat kesehatan kompleks, sedangkan produk ekspor sangat terbatas.
"Kita punya segalanya di negara ini. Tapi, hampir seluruh impor alat kesehatan Indonesia terus meningkat, dengan urutan dari tertinggi adalah Electrodiagnosis Devices (87 juta dolar AS), Ultrasonic Scanning Devices (70 juta dolar AS), dan Needles, catheters, cannula & more (43 juta dolar AS)," jelasnya. (khf/zul)