Sejarah dan Misteri Gunung Sagara Brebes, Masyarat Meyakini Terdapat Jendela Neraka

Sejarah dan Misteri Gunung Sagara Brebes, Masyarat Meyakini Terdapat Jendela Neraka

TAPAK TILAS - Sejarah dan misteri gunung Sagara ini menjadi salah satu peninggalan dari para leluhur warga sekitar.-(Foto: Istimewa)-

Nama "Sagara" sendiri mengandung berbagai versi cerita yang menarik. Beberapa masyarakat percaya bahwa di dalam perut gunung ini terdapat sebuah laut atau samudra, sehingga disebut "Sagara" yang berarti lautan. 

Ada juga yang meyakini bahwa nama asli gunung ini adalah "Sagala," yang dalam bahasa Sunda berarti "segala." Nama ini dipercaya karena di gunung ini konon kita bisa meminta segala sesuatu.

Mitos dan Kepercayaan

Misteri gunung Sagara tidak hanya terkenal karena keindahan alamnya, tetapi juga karena mitos dan cerita mistis yang melekat erat di masyarakat setempat. Salah satu mitos yang terkenal adalah mengenai "Jendela Neraka." 

Konon, jika seseorang mendaki gunung ini dengan niat buruk atau bertutur kata tidak sopan, ia akan mengalami kesialan dan melihat sebuah lubang yang tampak seperti jendela menuju neraka. 

Pemandangan yang dilihat dari lubang tersebut konon sangat mengerikan, sehingga membuat siapa saja yang melihatnya ketakutan dan bahkan pingsan.

Selain itu, Gunung Sagara juga dikenal sebagai tempat untuk melakukan pemujaan gaib. Orang-orang yang ingin mendapatkan ilmu kesaktian atau kekayaan melalui jalan pintas sering kali melakukan ritual di gunung ini. 

Salah satu ritual yang terkenal adalah bertapa selama 40 hari tanpa makan dan minum untuk mendapatkan kesaktian. Sedangkan bagi mereka yang ingin memperoleh kekayaan, mereka harus melakukan pemujaan dengan menumbalkan anggota keluarga.

BACA JUGA: Sejarah Telaga Ranjeng dan Mitos Ikan Kramatnya yang tidak Boleh Diambil

Peninggalan Kerajaan Hindu

Selain mitos dan cerita mistis, Gunung Sagara juga menyimpan peninggalan sejarah dari kerajaan Hindu. Beberapa arca peninggalan kerajaan Hindu diyakini tersimpan di beberapa tempat di gunung ini. 

Namun, arca-arca tersebut hanya dapat dilihat dengan mata batin dan tidak boleh disentuh atau dibawa pulang. Masyarakat setempat sangat menghormati pantangan ini, sehingga tidak ada yang berani melanggar.

Pada tahun 2008, terjadi sebuah kejadian yang memperkuat kepercayaan ini. Beberapa orang yang mencoba mencuri arca dari Gunung Sagara mengalami musibah tanah longsor di Dukuh Marenggeng, tempat mereka bermalam. 

Ketujuh orang yang menjadi korban ternyata adalah para pencuri arca tersebut. Hingga kini, arca hasil curian itu tidak ada yang berani memegang atau menjualnya dan ditempatkan di atas kuburan para korban sesuai dengan permintaan penghuni gunung.

Sumber: