8 Tradisi Kearifan Lokal di Kota Tegal, Unik dan Khas Pesisir Pantura

8 Tradisi Kearifan Lokal di Kota Tegal, Unik dan Khas Pesisir Pantura

Mudun Lemah- Tradisi Kearifan Lokal di Kota Tegal--

Kemudian kurungan dibuka dan si bayi bisa memilih barang yang sudah disediakan di dalam tampah(wadah yang terbuat dari bambu). Barang-barang yang dipilih si bayi diyakini memiliki makna gambaran rezeki dan karakternya dimasa depan.

Setelah itu dilanjutkan dengan si bayi menginjakan kaki ke atas bubur sumsum dan cadil yang diletakan diatas layah(wadah dari tanah liat). Tradisi itu ditutup dengan menyebar koin yang dicampur beras kuning dan pembagian bubur sumsum dan bubur cadil ke tetangga sekitar dengan tujuan agar si bayi cepat jalan.

3. Mutih

Tradisi ini berlaku untuk wanita yang akan menikah dianjurkan untuk mutih. Mutih berasal dari kata putih yang dimaksudkan agar calon pengantin wanita menjaga pola makan dengan mengkonsumsi makanan tanpa rasa misalnya nasi putih, tahu rebus, dan lain sebagainya.

BACA JUGA: Mengenal 4 Tradisi Unik di Tegal, Salah Satunya Minum Teh Poci saat Prosesi Pernikahan

Hal ini bertujuan agar ketika hari pernikahan tiba pengantin wanita memiliki aura yang mangklingi. Yang dimaksud dengan mangklingi adalah cantik berbeda dari biasanya.

Selain tradisi mutih juga ada tradisi pingit yang artinya tidak boleh bertemu dan berkomunikasi antara calon pengantin wanita dan pria. Hal ini bertujuan agar calon pengantin lebih fokus menghadapi hari pernikahan.

4. Pitung Wulanan

Tradisi ini dilakukan pada wanita hamil usia tujuh bulan yang bertujuan sebagai wujud rasa syukur, karena telah memberi kesehatan pada janin dan ibunya. Pada saat itu keluarganya akan menyiapkan rujak buah yang akan dibagikan ke masyarakat sekitar.

5. Sedekah Bumi

Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat pesisir pantai setiap akhir tahun. Masyarakat akan berbondong-bondong membuat gunungan sedekah bumi yang berisi buah dan sayur-sayuran.

BACA JUGA: Menjelajahi Pesona Budaya Pesisir, 10 Tradisi Unik Tegal yang Wajib Dilestarikan

Setelah itu gunungan makanan diletakan diatas kapal dan dilayarkan ketengah laut untuk dibuang ke tengah laut. Tradisi ini sebagai wujud syukur para nelayan yang telah diberi keselamatan dan rezeki berupa penghasilan dari mencari ikan.

6. Unggah-unggahan

Tradisi ini dilakukan seminggu sebelum bulan puasa dengan berbagi makanan yang sudah didoakan kepada tetangga sekitar. Tradisi unggah-unggahan dilakukan untuk menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan.

Sumber: