8 Tradisi Kearifan Lokal di Kota Tegal, Unik dan Khas Pesisir Pantura

8 Tradisi Kearifan Lokal di Kota Tegal, Unik dan Khas Pesisir Pantura

Mudun Lemah- Tradisi Kearifan Lokal di Kota Tegal--

RADAR TEGAL - Tradisi kearifan lokal di Tegal memiliki keunikan dengan sejarah dibalik kebiasaan yang sampai sekarang masih dilakukan. Masyarakat Tegal selalu melaksanakan tradisi itu sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan terhadap kebiasaan yang tujuannya baik.

Tradisi merupakan suatu konsep kepercayaan dan kebiasaan yang dilakukan secara turun temurun. Seluruh wilayah di Indonesia memiliki tradisinya masing-masing sesuai dengan karakter daerahnya, Salah satunya yaitu tradisi kearifan lokal di Kota Tegal.  

Unik adalah satu kata yang bisa menggambarkan tradisi kearifan lokal di kota Tegal. Tradisi yang berkembang dimasyarakat hingga saat ini mengandung makna tersirat dan kisahnya tersendiri.

Lantas apa saja tradisi kearifan lokal di kota Tegal yang tak lekang oleh berkembangnya zaman. Yuk simak artikel ini sebagai penambah pengetahun dan wawasan yang pastinya bermanfaat.

BACA JUGA: Akulturasi Budaya dan Agama, Mengenal Tradisi Bada Kupat di Berbagai Daerah Jawa Tengah

Berikut 8 tradisi kearifan lokal di Kota Tegal

1. Ngeteh di Pagi Hari

Tradisi ini sebenarnya sudah ada sejak zaman penjajahan Jepang yang berlanjut hingga saat ini. Masyarakat kota Tegal menyebutnya dengan "moci", disebut demikian karena teh yang sudah direbus dituang ke dalam  poci.

Tradisi ngeteh di pagi hari biasa dilakukan oleh bapak-bapak maupun ibu-ibu, cara menikmatinya pun unik dengan menyeruput sedikit demi sedikit. Teh yang dikonsumsi masyarakat tegal yaitu teh 2 Tang, Tong Tji, dan Teh Botol Sosro yang merupakan produk dari Pabrik Teh di Kabupaten Tegal.

2. Mudun Lemah

Tradisi ini sudah ada sejak zaman dahulu dan berkembang hingga sekarang. Kata Mudun Lemah berasal dari dialek Jawa yaitu "Mudun" artinya "turun" dan "lemah" artinya "tanah".

Sesuai dengan sebutannya, mudun lemah merupakan tradisi yang dilakukan pada bayi berusia tujuh bulan yang pertama kali menyentuh tanah. Pada saat itu orang tua si bayi akan membuat bubur sumsum dan bubur cadil yang nantinya akan dibagikan ke masyarakat sekitar. 

BACA JUGA: Hanya Ada di Indonesia, Ini Tradisi Unik Saat Lebaran di Berbagai Daerah

Tradisi mudun lemah diawali dengan bayi dipangku oleh seseorang, biasanya jika bayinya laki-laki maka yang mangku perempuan begitupun sebaliknya. Setelah dipangku, kemudian ditutup dengan kurungan ayam dan dukun bayi akan memutari kurungan sambil membawa ceplik/lilin dan membacakan doa-doa. 

Sumber: