Mitos dan Asal-usul Desa Selapura, Dukuwaru Tegal

Mitos dan Asal-usul Desa Selapura, Dukuwaru Tegal

Mitos dan Asal-usul Desa Selapura, Dukuwaru Tegal --

RADAR TEGAL – Desa Selapura, Dukuwaru Tegal merupakan salah satu desa yang secara administrati masuk ke dalam wilayah kecamatan Dukuwaruh, Kabupaten Tegal. Berikut ini mitos dan asal-usul desa Selapura.

Desa Selapura diketahui berdekatan dengan wilayah Jatibarang Brebes. Mitos dan asal usul Desa ini bisa diketahui melalui cerita yang beredar di tengah-tengah masyarakat.

Mitos dan asal-usul Desa Selapura ini, diceritakan secara turun temurun. Sehingga, ada beberapa mitos yang masih berkembang hingga saat ini.

Mitos dan Asal-usul Desa Selapura, Dukuwaru Tegal

Melansir dari laman resmi Desa Selapura. Selapura berasal dari kata sela yang berarti batu dan pura yang mengandung arti candi. Dinamai demikian, hal ini karena dahulu di Desa tersebut pernah terdapat situs peninggalan kuno berupa candi.

BACA JUGA: Jadi Tempat Para Dewa! Ini 6 Mitos Gunung Semeru yang Masih Dipercaya

BACA JUGA: Pemandian Air Panas Guci Tegal: Mitos dan Asal-usulnya, Sudah Tahu Belum?

 

Candi tersebut diberi nama oleh warga sekitar sebagai Candi Asu (Anjing). Konon katanya, asal muasal candi tersebut berhubungan dengan Raja Mataram yang suka berkeliling menelusuri daerah-daerah kekuasaannya.

Kisah Raja Mataram di Desa Selapura Dukuwaru Tegal

Pada saat Raja Mataran melakukan perjalanan, Ia menjumpai sebuah daerah yang memiliki budaya atau tradisi unik yakni para kuwu atau kepala desanya sering menyajikan tari-tarian.

Di daerha tersebut, sang raja  pun tertarik dan menikahi seorang gadis penari yang cantik. Singkat cerita, setelah bebrapa lama berkeluarga, pasangan raja dan penari  ini dikaruniai keturunan yang kemudian diberi nama Pangeran Jungjang.

Namun, karena raja harus kembali ke Mataram untuk menjalankan kekuasaannya, pangeran kemudian dirawat dan dibesarkan oleh para  kuwu.

BACA JUGA: Tiga Mitos Telaga Sarangan di Magetan, Salah Satunya Ada Pohon yang Tidak Bisa Ditebang

Bertahun-tahun kemudian raja aru ingat bahwa Ia pernah memiliki anak atau ketrunan di suatu daerah yang pernah Ia kunjungi.

Sang raja pun akhirnnya memutuskan untuk mengirim anak perrempuannya dari Kerajaan Mataram yang bernama RBB R.A Wulatsih ke daerah tersebut untuk mencari dan menemuai Pangeran Junjang dengan maksud untuk melamar dan menjadikannya  sebagai seorang suami.

Kemudian, ketika sang Putri sampai dan bermalam di daerah Pengeran Junjang, Ia membawa seekor anjing.  Sang pangeran yang sudah memeluk agama Islam dan  menganggap anjing merupakan hewan najis pun akhirnya melempari anjing tersebut dengan batu hingga mati.

Batu tersebut pun mengenai darah anjing meiliki Putri Wulatsih tersebut. Lalu, sang pangeran menyeru kepada penduduk sekitar supaya jangan sekali-kali membangun rumah dengan menggunakan batu.

BACA JUGA: Di Balik Keindahan Danau Toba, Inilah 5 Mitos yang Tersembunyi di Dalamnya!

Tidak hanya itu, karena lamaran Putri Wulatsih juga ditolak oleh Pangeran Junjang, Ia mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.

Untuk mengenang sang putrim dibangunkanlah sebuah patung berwujud Wulatsih dengan anjingnya tersebut. Hingga kini, masyarakat sekitar menganggap mitos tersebut sebagai pesan dan pengingat supaya selalu berhati-hati dalam hal apapun.

Supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari. Demikian ulasan mengenai Mitos dan Asal-usul Desa Selapura, Dukuwaru Tegal. Semoga bermanfaat. (*)

Sumber: