Habib Luthfi Tiba-tiba Marah, Dandim dan Danramil sampai Harus Datang ke Pekalongan dari Jakarta

Habib Luthfi Tiba-tiba Marah, Dandim dan Danramil sampai Harus Datang ke Pekalongan dari Jakarta

Habib Luthfi bin Yahya--

RADAR TEGAL - Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) yang juga ulama kharismatik, Habib Muhammad Luthfi bin Yahya mengaku pernah sangat sedih dan marah.

Yaitu ketika Habib Luthfi melihat bendera merah putih yang lusuh masih terpasang dan dikibarkan. Ironisnya bendera tersebut justru terpasang di depan rumah mewah di jantung kota Jakarta. 

Pengasuh Pengajian Kanzus Sholawat itu melihatnya saat hendak pulang kembali ke Pekalongan. Kemarahan Habib Luthfi memuncak setelah beberapa hari di Pekalongan, tetapi bendera tersebut  masih terpasang saat dia kembali ke Jakarta.

Bahkan kini kondisinya terlihat semakin memprihatinkan, karena sudah mulai robek. Habib Luthfi pun sangat marah, dan langsung menghubungi Babinsa serta Bhabinkamtibmas di wilayah tersebut.

Kepada dua personel Polri dan TNI tersebut, ulama yang mempunyai jutaan jamaah tersebut meminta bendera segera diturunkan dan diganti serta memperbaikinya. Kejadian itu pernah diceritakan saat menghadiri pertemuan di kediaman salah seorang pengusaha di Kabupaten Tegal. 

"Saya sangat sedih dan marah sekali, ketika melihat bendera merah putih rusak. Apalagi sampai sobek," katanya.

Habi Luthfi minta segera diturunkan

Tidak begitu lama kemudian, sejumlah personel TNI dan Polri langsung bergerak menuju ke lokasi dan mengamankan bendera yang Habib Luthfi maksudkan. Tak berselang lama, bahkan Dandim dan Danramilnya datang ke Pekalongan bersama pemilik rumahnya.

"Mereka meminta maaf dan tidak akan mengulanginya lagi," bebernya.

Sang Habib menegaskan bendera merah putih, bukan hanya sekadar warna dari bendera Indonesia. Tetapi bendera yang memiliki makna bagi kebanggaan dan kewibawaan bangsa, sehingga wajib hukumnya untuk dihormati.

"Kalau tidak mau menghormati bendera Merah Putih, silakan enyah dari Indonesia,” tegas Habib Lutfi lagi.

Dalam setiap kesempatan, dia selalu menekankan petingnya semangat nasionalisme pada masyarakat dan umat Islam. Kenyataannya, ada di antara masyarakat yang masih terpengaruh ajaran lain.

Misalnya menolak upacara Agustusan, karena dilarang menghormati bendera. Fanatisme terhadap Indonesia, beber dia, mutlak dimiliki oleh segenap masyarakat dan umat Islam di Indonesia.

"Jangan hanya janji yang diucapkan tetapi buktikan, kalau jiwa dan raga kita rela dikorbankan untuk Indonesia," tegas ulama kondang tersebut

Sumber: