3 Mitos Punden Berundak di Candi Kethek, Tempat Roh Leluhur dan Tahta Para Dewa

3 Mitos Punden Berundak di Candi Kethek, Tempat Roh Leluhur dan Tahta Para Dewa

Punden Berundak di Candi Kethek Berhubungan Erat dengan Gunung Lawu, Salah Satu Guguran dari Gunung Mahameru yang Suci--

Ketika pengaruh Hindu masuk, alasan pengeramatan gunung pun berkembang. Gunung-gunung dianggap suci karena menjadi tempat bersemayamnya para dewa. 

Hal itu terlihat dari arsitektur candi Hindu dengan atap yang pada umumnya menyerupai meru atau gunung, serta mengusung konsep Asta-Dipalaka. 

Di masa akhir Majapahit, ketika pengaruh Hindu memudar, kepercayaan asli Nusantara yang diejawantahkan dalam punden berundak, kembali menyeruak, termasuk candi-candi di lereng Gunung Lawu.

Karena itulah, candi ini, Candi Sukuh, dan Candi Cetho menampilkan bentuk yang unik dan berbeda dari candi-candi pada umumnya. 

BACA JUGA:4 Candi di Gunung Kidul Ini Konon Tempat Pelarian Brawijaya, Benarkah?

3. Gunung Lawu di akhir Majapahit

Sebagaimana candi-candi lain di lereng Gunung Lawu, kebedaan candi ini pun dikaitkan dengan sosok Prabu Brawijaya, yang dianggap sebagai raja terakhir Majapahit. 

Menurut tradisi masyarakat, akibat serangan Raden Patah, Prabu Brawijaya melarikan diri bersama rombongannya ke Gunung Lawu.

Sang raja lalu memasuki Candi Cetho, setelah itu ke candi ini, kemudian menuju ke Pamoksan, dan akhirnya ke puncak gunung. 

Di masa Majapahit akhir, di lereng-lereng gunung, termasuk Gunung Lawu, banyak dibangun tempat-tempat suci. Misalnya, karesian untuk para resi, patapan untuk para pertapa, bahkan juga kadewaguruan, yakni sarana pendidikan agama.

Demikian, informasi mengenai Candi Kethek yang konsep punden berundaknya konon terkait sakralnya Gunung Lawu. Semoga bermanfaat bagi Anda yang ingin tahu tentang mitos dan kisah mistis di Indonesia, tepatnya di tanah Jawa.***

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: youtube asisi channel