Peninggalan Sejarah Kerajaan Majapahit di Boyolali Ini, Dipercaya Bisa Tenggelamkan Pulau Jawa Jika Dicabut

Peninggalan Sejarah Kerajaan Majapahit di Boyolali Ini, Dipercaya Bisa Tenggelamkan Pulau Jawa Jika Dicabut

Candi Sari merupakan salah satu peninggalan sejarah Kerajaan Majapahit di Boyolali, Jawa Tengah.-foto: instagram @journey_traveling-

RADAR TEGAL - Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan yang fenomenal di Tanah Air pada zamannya. Banyak peninggalan sejarah Kerajaan Majapahit yang tersebar di seantero Nusantara, salah satunya ada di Boyolali, Jawa Tengah.

Selain banyak meninggalkan bersejarah, kerajaan paling berpengaruh di Nusantara ini juga memiliki cerita yang menarik dari peninggala-peninggalannya tersebut. Nah, cerita unik di Boyolali ini berasal dari sebuah candi Majapahit yang konon memiliki mitos.

Warga sekitar candi Majapahit di Desa Gedangan Kecamatan Cepogo, Boyolali, percaya apabila candi dicabut akan menenggelamkan Pulau Jawa. Candi seluas 47x49 meter tersebut dikenal sebagai Candi Sari.

Candi Sari berada dikelilingi pemandangan yang sangat indah, karena berlatar belakang puncak Gunung Merapi dan Merbabu. Tidak hanya indah, Candi Sari juga menyimpan keunikan lain yakni mitos keberadaannya hingga saat ini.

Peninggalan sejarah Kerajaan Majapahit

Melansir kanal YouTube Ciwirable, candi peninggalan Kerajaan Majapahit ini hanya tinggal pondasi dengan beberapa artefak dan reruntuhan yang tersusun di sekitarnya. Sedangkan pada bagian pondasinya hanya meninggalkan alas berlapis dua, yang berbentuk patma atau bunga teratai.

Sementara itu, pada sudut pondasinya terdapat 4 buah batu andesit yang merupakan fragmen kemuncak candi. Candi ini merupakan salah satu candi Hindu-Budha, karena ditemukan satu buah Yoni dan Arca Nandini.

Arca Nandini yang merupakan wahana atau kendaraan dewa Siwa. Pada bagian tengahnya juga dijumpai fragmen kemuncak candi, dengan satu buah lingga yang bertumpuk di atasnya.

Lingga peninggalan sejarah Kerajaan Majapahit itu berbentuk seperti tiang dan memiliki makna kesuburan. Setiap lingga biasanya selalu berpasangan dengan Yoni.

Hal ini sebagai lambang penyatuan dewa Siwa dengan Parwati, yang merupakan pasangannya. Ternyata lingga memiliki sejarah dan asal usul juga. 

Adu kesaktian Dewa Wisnu dan Brahma

Konon ceritanya Dewa Wisnu dan Dewa Brahma suatu hari berdebat tentang kehebatan masing-masing. Perdebatan keduanya didengar Dewa Siwa, yang kemudian marah dengan kelakuan mereka lalu mengubah dirinya menjadi lingga kristal yang sangat tinggi.

Melihat lingga tersebut, keduanya merasa takjub dan penasaran, lalu mengubah wujudnta masing-masing untuk mencari tahu tentang lingga itu. Dewa Wisnu berubah menjadi burung layang-layang, yang terbang ke langit untuk menemukan ujung lingga. 

Sedangkan Dewa Brahma mengubah dirinya menjadi babi sebesar gunung, untuk menemukan pangkal lingga yang ada di bumi. Tetapi semua kesaktian dan kekuatan keduanya untuk menemukan pangkal dan ujung lingga tidak berhasil. 

Sumber: