Fakta Unik Pasar Tradisi Lembah Merapi Banyubiru Dukun Magelang,Transaksi Pakai Uang Koin Dolar Gono

Fakta  Unik Pasar Tradisi Lembah  Merapi Banyubiru Dukun Magelang,Transaksi Pakai Uang Koin Dolar  Gono

Uang koin Dolar Dono Pasar Tradisi Lembah Merapi Banyubiru Dukun -Instagram@pasartradisilembahmerapi-

RADARTEGAL.DISWAY.ID-Berkunjung ke Dukun Kabupaten Magelang setiap hari  Minggu di  kawasan Bukit Gunung Gono  Banyubiru menjumpai Pasar Tradisi  Lembah Merapi. Sebuah pasar tempo dulu dikelola oleh Pokdarwis Berkah Desa Banyubiru Dukun

Pasar Tradisi  Lembah Merapi yang  berlokasi di puncak bukit  Gunung  Gono memang berbeda  dari pasar tradisonal lainnya. Perpaduan wisata  alam dan wisata kuliner memasuki kawasan pasar  bisa melihat Gunung Merapi dan Gunung Merbabu  dari ketinggian dan Inilah salah satu fakta unik Pasar Tradisi  Lembah Merapi Banyubiru Dukun.

Konsep Pasar Tempo Dulu dan Pintu Gerbang Pasar Segitiga Bentuk Lumbung    

           

Pokdarwis Berkah Desa Banyubiru Dukun terus  melakukan inovasi dalam mengembangkan desa wisata dengan membangun Pasar Tradisi  Lembah Merapi. Menurut  Kepala Desa Banyubiru, Wintoro tujuan awal pasar ini memang unsur kesengajaan dari pengelola.

Konsep  seperti demikian untuk memunculkan kesan aktivitas orang-orang lembah Merapi  zaman dahulu saat berada  di pasar.Suasana Pasar agar hidup seperti aslinya  dibuat  tatanan sedemikian rupa  dengan  memanfaatkan lahan perkebunan bambu.

Lahan tersebut terletak di puncak  Bukit  Gunung  Gono dimanfaatkan sebagai lokasi pasar. Selain itu membuat pintu berbentuk segitiga yang  mirip tempat  penyimpanan padi orang Merapi  dahulu dan biasa dikenal dengan lumbung.

Transaksi  Pakai Uang Koin  Dolar Gono

Fakta unik Pasar Tradisi  Lembah Merapi Banyubiru Dukun tidak kalah menarik terletak pada alat transaksi. Uang cash tidak  berlaku di sini dan pengunjung  yang ingin berburu kuliner harus  menggunakan uang koin bernama Dolar Gono

Uang koin Dolar  Gono terbuat dari kepingan kayu berukuran oval  yang dibentuk sedemikian rupa  sehingga  mirip  uang koin     zaman dulu. Pada sisi uang diberi gambar burung raja udang yang dikenal  sebagai satwa asli Gunung Merapi.

Lantas, nama  uang koin tersebut dinamakan Dono singkatan dari  Dolar Dono  yang setiap satuannya bernilai  dua ribu rupiah. Kemudian bila pengunjung.  Ingin mendapatkan uang koin Dono harus  ditukar terlebih dahulu ditempat telah  ditentukan yang lokasi penukarannya   dekat area pasar.

32 Lapak Dikelola 16 Dusun dan Tidak Boleh Jual Menu yang   Sama

Pasar Tradisi Lembah Merapi  berbeda dengan pasar  sejenis  yang  mewajibkan pedagang tidak boleh menjual menu yang sama. Dalam artian pedagang wajib menjajakan berbeda  dengan  ciri khas  dan unik baik  makanan maupun minuman.

Tidak Boleh Gunakan Plastik

Fakta unik Pasar Tradisi  Lembah Merapi Banyubiru Dukun yang khas tidak  diperkenankan membungkus makanan     dengan plastik. Pedagang  diharus mengemas makanan yang testur ramah lingkungan seperti daun pisang.

Sedangkan, makanan yang berkuah atau minuman juga dianjurkan memakai tempurung kelapa. Wadah  dari tempurung kelapa  tersebut dibuat sedemikian rupa menyerupai   cangkir atau mangkok

Larangan penggunaan plastiik dalam pengenasan makanan dan minuman di Pasar Lembah Merapii.Lantaran daun pisang dan tempurung ramah lingkungan dapat mudah terurai pada tanah ,

Lokasi Pasar Di Kebun Bambu Puncak Bukit Gunung  Gono

Sesuai nama pasar tempo dulu menggunakan lahan kosong di kebun bambu yang sebelumnya  tidak  pernah dijamah manusia. Dikelilingi  rimbunan pepohonan dan penuh semak pohion bambu yang terkesan mistis dan unik.

Namun,siapa  sangka dulu  terlihat kumuh apalagi terletak di puncak Bukit Gunung Gono jauh dari pemukiman  penduduk.  Tetapi, sekarang menjadi tempat  wisata   Siapa sangka tempat yang dulunya semak belukar tersebut kini menjadi wisata pasar ramai dikunjungi wisatawan.

Kuliner Makanan Minuman Zaman Dulu

Berburukuliner di Pasar Tradisi  Lembah Merapi Banyubiru Dukun memang menyenangkan ada banyak menyajikan kuliner hingga mainan jadul. Ada banyak pilihan jajanan pasar sekaligus wisata  alam antara lain megono,pepes, cenil,   rambut nenek, getuk, es cendol dan  masih banyak  lagi

Penyajian aneka  jajanan pasar  maupun minuman juga tidak  biasa bukan menggunakan plastik. Melainkan daun pisang  dan batok kelapa yang pasti berbeda  dan rasanya enak. Berburu kuliner  memang  mengasyikkan tetapi semakin lengkap dengan aneka mainan  jadul sebagai cinderamata.

Masuk Lewat Pintu  Gerbang Segitiga

Fakta unik Pasar Tradisi  Lembah Merapi Banyubiru Dukun  ketika  memasuki area pasar,pengunjung wajib melewati pintu gerbang segitiga.Pintu gerbang segitiga  yang mirip tempat penyimpanan padi zaman Merapi dahulu atau biasa dikenal dengan lumbung.

Pedagang Pakai Pakaian Khas  Jawa Kuno

Pasar Tradisi  Lembah Merapi Banyubiru Dukun mengusung konsepJawa klasik terasa saat masuk  area  pasar. Para pedagang mengenakan khas Jawa kuno yang pedagang pria menggunakan belangkon baju lurik-lurik  cokelat hitam. Sementara  pedagang wanita  mengenakan kain jarik lengkap  pakaian kebaya membuat suasana berbeda dan unik.

Omzet Sebulan Rp  1,7 Milyar dan Buka Hanya  Hari Minggu

Perputaran uang  di pasar ini begitu fantastis   saat kondisi  normalsebelum  pandemi  Covid-19 mencapai Rp   1,7 milyar sebulan. Nilai tinggi seperti itu   dimanfaatkan untuk mengembangkan sumber daya manusia  di  desannya. Kemudian, menariknya  hari pasaran hanya dibuka pada hari Minggu dari jam 06.00-07.00 WIB. Selama  pandemi berlangsung dari tahun 2019  operasional Pasar Pasar Tradisi  Lembah Merapi Banyubiru Dukun ditutup sementara  waktu.

 Tahun 2020  yang lalu  setelah pandemi berlalu dibuka  kembali akan terus dikembangkan di  masa mendatang.  Demikian tadi  fakta unik Pasar Tradisi  Lembah Merapi Banyubiru Dukun  yang  menyajikan aneka jajanan pasar zaman dulu. Penyajian unik  memakai daun pisang dan batok kelapa kemudian alat transaksi juga beda dengan menggunakan kepingan kayu berbentuk  oval bernama Dola Dono. Pedagang juga memakai pakaian khas Jawa kuno dan masuk lewat  pintu gerbang  segitiga mirip lumbung  padi zaman Merapi dulu.*

 

 

Sumber: