Sejarah Gedung Birao Jadi Saksi Bisu Perlawanan Warga Tegal Melawan Belanda dan Kibarkan Bendera Merah Putih
Ilustrasi sejarah Gedung Birao jadi saksi bisu perlawanan warga Tegal melawan Belanda berhasil kibarkan bendera merah putih.--
Sejarah gedung Birao
Gedung Birao dirancang pertama kali pada tahun 1911 oleh arsitek terkemuka dari Belanda, Henri Maclaine Pont, yang juga memiliki darah Bugis dari Jakarta.
Gaya arsitektur Belanda sangat kental dalam desain bangunan ini. Namun, Maclaine Pont juga pandai dalam memanfaatkan sumber daya alam setempat dan melibatkan tenaga kerja lokal untuk memberdayakan keterampilan mereka.
Proses pembangunan Gedung Birao juga memperhatikan lokasi strategisnya yang berada di sekitar alun-alun, masjid, dan tempat tinggal Residen atau Gubernur pada masa tersebut.
Salah satu hal menarik adalah perbandingan antara Gedung Birao dengan Lawang Sewu, kantor pusat NIS di Semarang. Sang arsitek dengan sengaja menciptakan kesan kesamaan dan keseragaman antara kantor-kantor milik NIS di berbagai kota.
Pelengkung-pelengkung, gang sekeliling ruang kantor dan tangga utama, serta tinggi bangunan yang megah menjadi beberapa aspek yang memperlihatkan kesamaan ini.
Pembangunan Gedung Birao juga mempertimbangkan kondisi lingkungan setempat dan gaya hidup masyarakat pada masa itu, mirip dengan pendekatan yang diterapkan dalam pembangunan Lawang Sewu.
Maclaine Pont menggunakan bahan-bahan lokal, seperti kayu jati, batu bata, dan pasir lokal, sebagai alternatif dari bahan impor yang lebih disukai oleh orang Eropa pada masa itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: