Terbelahnya Pulau Jawa dan Sumatera Dipercaya karena Perang Saudara, Selain Letusan Dahsyat Krakatau Purba

Terbelahnya Pulau Jawa dan Sumatera Dipercaya karena Perang Saudara, Selain Letusan Dahsyat Krakatau Purba

Selat Sunda merupakan pemisah antara dua pulau yang menjadi daerah awal legenda dan mitos terbelahnya Pulau Jawa dan Sumatera. --

Guci yang dibawa Prabu Rakata itu akan dia gunakan untuk keperluan sehari-harinya saat mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa. Hanya saja baru beberapa tahun menyendiri, Prabu Rakata justru menerima kabar yang membuatnya sedih.

Ternyata, keputusannya membagi adil daerah kekuasaannya menjadi dua wilayah membawa petaka bagi kedua putranya. Prabu Rakata mendapatkan kabar jika Raden Tapabaruna dan Raden Sundana terlibat perang besar memperebutkan wilayah perbatasan yang terdapat tambang emas.

Mendengar kabar itu, seketika Prabu Rakata terkejut dan memutuskan untuk mengakhiri penyendiriannya dan akan kembali ke kerajaan. Dia tak menyangka niat baiknya berlaku adil kepada anak-anaknya, malah memicu perselisihan karena kekuasaan.

Sikap kedua anaknya yang memilih perang untuk memperbutkan wilayah, membuat Prabu Rakata murka. Dia memutuskan kembali ke kerajaan untuk menghentikan perang saudara itu. Mengetahui ayahandanya akan pulang ke kerajaan, Raden Tapabaruna dan Raden Sundana memutuskan  menarik pasukannya masing-masing.

Keduanya sepakat menghentikan perang untuk menghormati kedatangan ayahanndanya, Prabu Rakata. Ketika perjalanan kembali menuju kerajaan, Prabu Rakata menyempatkan diri mengisi penuh guci yang dia bawa dengan air laut.

BACA JUGA:Mengenal Misteri Dari Gunung Slamet di Jawa Tengah, Konon Dikatakan Sebagai Kunci Pulau Jawa

Awal terbelahnya Pulau Jawa dan Sumatera 

Begitu tiba di kerajaan, Prabu Rakata memanggil kedua putranya dan meminta agar keduanya berdiri di wilayah perbatasan kekuasaanya masing-masing. Prabu Rakata tiba-tiba menuangkan air laut dari guci pusakanya ke permukaan tanah, tepat di tengah wilayah kekuasaan kedua putranya.

Sedangkan guci pusaka yang telah kosong, diletakan Prabu Rakata di permukaan tanah yang sudah basah oleh guyuran air laut dari guci. Selam beberapa saat kemudian, muncul suara bergemuruh hingga membuat tanah yang telah basah tadi bergetar.

Getarannya yang semakin kuat lalu membentuk celah jurang yang sangat dalam, hingga tanah yang basah oleh air dari guci Prabu Rakata terbelahlah menjadi dua. Wilayah yang disengketakan Raden Tapabaruna dan Raden Sundana pun terpisah oleh rekahan tersebut.

Sementara itu guci yang Prabu Rakata letakan persis di tengah-tengah tahan yang tersiran air laut dan merekah tanahnya, berubah menjadi sebuah gunung. Untuk menghormati pemilik guci, gunung tersebut kemudian dinamai Gunung Rakata atau Krakatau.

Legenda dan mitos tersebut hingga kini masih dipercaya masyarakat sekitar. Apalagi, dari legenda itu menyiratkan pesan moral, yakni kekuasaan terhadap suatu wilayah bukanlah segala-galanya dalam hidup.

BACA JUGA:Sejarah Legenda Gunung Semeru dalam Kitab Kuno Abad 15: Keajaiban dan Kekayaan Spiritual Pulau Jawa

Akibat keserakahan, perbatasan wilayah kekuasaan Raden Tapabaruna dan Raden Sundana itu pun akhirnya sirna tak berbekas. Itulah mitos dan legenda terbelahnya Pulau Jawa dan Sumatera, selain karena tinjauan akademis karena letusan dahsyat Gunung Krakatau.(*) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: