Mulai dari Naga Penjaga Hingga Kambing Kendit, Begini Mitos dan Asal-Usul Nama Pemandian Air Panas Guci

Kemudian, warga datang berbondong-bondong meminta air pada utusan tersebut dengan mengharapkan kesembuhan.

Namun, karena jumlahnya terbatas air tersebut cepat habis, sehingga banyak orang yang merasa kecewa.

Utusan dari para wali itu berdoa dan menancapkan tongkatnya ke dalam bumi hingga memancar air panas dari dalam tanah langsung. 

Sumber air panas yang ada di Pancuran 13 berasal dari batu lahar. Batu lahar tersebut mengeluarkan air panas yang berbeda-beda.

Menurut mitos yang berkembang di masyarakat, Pancuran 13 bisa menyembuhkan penyakit kulit dan penyakit gatal-gatal.

Namun, ada pengunjung yang datang dengan niat khusus. Pengunjung biasanya datang pada malam Jumat Kliwon dan menunggu hingga tengah malam untuk melakukan ritual mandi. 

BACA JUGA:Menyeramkan! Kerap Meminta Tumbal, Begini Mitos Penunggu Waduk Cacaban

Tradisi Ruwat Bumi 

Setiap tahun, warga setempat rutin melakukan tradisi Ruwat Bumi untuk meminta keselamatan. Tradisi Ruwat Bumi ini dilakukan tepat di Pancuran 13. 

Terdapat keunikan pada tradisi Ruwat Bumi di Guci, sesepuh desa akan memandikan kambing milik warga di bawah derasnya air Pancuran 13.

Selain itu, terdapat gunungan dari hasil bumi yang akan diarak-arak dan nanti warga akan berebut gunungan tersebut. 

Dalam acara tersebut juga mengorbankan seekor kambing yang disebut Kambing Kendit. Kambing jenis ini terlihat seperti memiliki sabuk pada bagian tubuhnya.

Kambing Kendit ini memiliki makna mengikat. Kambing Kendit menyimbolkan ikatan pada makhluk gaib yang memiliki kekuatan. 

Sejak dahulu wisata pemandian air panas Guci memang kental dengan suasana mistisnya, tetapi pengelola dan tokoh masyarakat setempat selalu mengingatkan pengunjung.

Pengunjung tidak boleh melakukan perbuatan-perbuatan yang di luar batas, apalagi sampai merusak lingkungan sekitar objek wisata pemandian air panas Guci. 

Sumber: youtube.com/trans7 official