Keindahan Wisata Danau Kelimutu di Pulau Flores: Gabungan Alam, Budaya, dan Mitos Lokal

Keindahan Wisata Danau Kelimutu di Pulau Flores: Gabungan Alam, Budaya, dan Mitos Lokal

Wisata Danau Kelimutu, danau tiga warna-Wikipedia-

BACA JUGA:Wisata Kota Tarempa: Surga Tersembunyi di Kepulauan Anambas

Budaya dan tradisi di sekitar Danau Kelimutu

Tak hanya sebagai tempat wisata alam yang menakjubkan, sekitar Danau Kelimutu juga kaya akan budaya. 

Di wilayah ini terdapat 21 Kampung Adat, termasuk kampung adat Wologai yang telah berusia sekitar 800 tahun. 

Menariknya, kampung adat Wologai dapat dicapai dalam waktu sekitar 30 menit dengan kendaraan roda dua atau roda empat dari puncak Gunung Kelimutu.

Mitos dan makna di balik warna Danau Kelimutu

Masyarakat lokal meyakini bahwa setiap warna pada Danau Kelimutu memiliki makna dan kekuatan alam yang sangat kuat. Ketiga danau ini dipercayai menjadi tempat berkumpulnya jiwa-jiwa yang telah meninggal. 

Danau berwarna biru diyakini sebagai tempat jiwa muda-mudi yang telah pergi, sedangkan danau merah menampung jiwa-jiwa yang melakukan kejahatan semasa hidupnya. Di sisi lain, danau berwarna putih menjadi tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang tua yang telah meninggal.

Perubahan warna dan hubungannya dengan bencana

Menariknya, warna air di Danau Kelimutu senantiasa berubah seiring waktu. Saat terjadi perubahan warna, masyarakat setempat meyakini bahwa mereka harus memberikan sajen sebagai penghormatan bagi arwah yang telah meninggal. 

Namun, perubahan ini juga seringkali membuat mereka resah, karena dianggap sebagai pertanda adanya bencana besar.

Sejarah mencatat beberapa peristiwa yang menunjukkan hubungan antara perubahan warna danau dengan bencana. Perubahan warna ini pernah terjadi pada akhir tahun 1964, sebelum terjadi kemelut Partai Komunis Indonesia. 

BACA JUGA:Rumah Doa atau Tempat Wisata? Inilah Sejarah Singkat Gereja Ayam Magelang, Harga Tiket dan Jam Buka

Dan pada tahun 1992, perubahan warna air Danau Kelimutu juga terjadi sebelum gempa bumi dahsyat mengguncang pulau Flores dan menimbulkan banyak korban jiwa. 

Meskipun kepercayaan masyarakat lokal mengaitkan perubahan warna dengan pertanda bencana, para peneliti dari LIPI menyatakan bahwa itu adalah salah satu parameter dalam menilai kesiapsiagaan bencana gunung berapi, karena perubahan warna dapat menunjukkan adanya aktivitas vulkanik di kawasan tersebut.

Sumber: kabarpedia