Nostalgia Nonton Bioskop di Pemalang: Kini hanya Jejak Romantisme Masa Lalu di Kota Ikhlas
bioskop pemalang--
Kalau film 17 tahun anak-anak ya nggak boleh masuk, meski sudah beli tiket, cuma kita tidak kurang akal,’’ tuturnya.
Castro mengungkapkan mereka yang gagal masuk akan pergi ke rental Stensilan komik Kho Ping Ho. Lalu membuat kartu anggota peminjam dengan umur yang dituakan.
Dengan menunjukkan kartu anggota rental yang mereka kantongi petugas karcis bioskop memperbolehkan masuk.
Ada lagi kebiasaan lucu pengunjung bioskop, jika setiap film yang diputar tiba-tiba putus dan layar menjadi gelap. Penonton kompak berteriak "Duk Duk Gleng Taine Celeng…Duk Duk Gleng Taine Celeng…!’’ sambil menggebrak meja.
Ternyata itu bentuk protes menggunakan metafora mantra Duk Duk Gleng Taine Celeng yang secara filosofis adalah mantra dolanan anak kecil “menuju ajal” di Pemalang.
Cerita yang lainnya datang dari Anggono, wiraswasta berusia 41 tahun. Ia mengungkapkan sebelum film diputar, pengunjung akan bermain video game dingdong untuk mengusir rasa bosan.
"Dulu kalau mau nontong film, sambil nunggu filmnya diputar, biar gak bosen main video game dingdong dulu" ungkapnya.
Namun kini bioskop di kota ikhlas ini hanya cerita. Hilangnya bioskop di kota ini karena maraknya VCD dan DVD bajakan yang kian menjamur dan tayangan film-film layar lebar di stasiun TV nasional.
Wijaya Theatre adalah gedung bioskop tumbang yang bertahan di Pemalang. Sebelumnya Bioskop Sultan, Sri Indra, Janoko Randudongkal dan lainnya kini hanya tinggal jejak romantisme belaka.***
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: