Nostalgia Nonton Bioskop di Pemalang: Kini hanya Jejak Romantisme Masa Lalu di Kota Ikhlas

Nostalgia Nonton Bioskop di Pemalang: Kini hanya Jejak Romantisme Masa Lalu di Kota Ikhlas

bioskop pemalang--

TEGAL, radartegal.disway.id - Tidak adanya bioskop di Pemalang memang menjadi keluhan anak muda zaman sekarang. Bagaimana tidak, bioskop merupakan salah satu tempat nongkrong favorit anak muda.

Namun kini nyatanya bioskop di Pemalang hanya sebuah cerita. Bioskop yang dulu jadi tempat favorit kencan anak muda kini hanya cerita masa lalu untuk dulur Pemalang.

Cerita terkenalnya bioskop di kota ikhlas ini hanya jadi jejak romantisme masa lalu para generasi yang mengalaminya.

Beberapa bioskop yang terkenal di Pemalang adalah Bioskop Wijaya dan Indra. Sebenarnya apa alasan tidak adanya bioskop di kota ikhlas ini.

 

Dulu di kota Pemalang pernah ada 2 gedung bioskop besar yang pernah menjadi magnet tempat nongkrong anak anak muda kota Pemalang generasi 70, dan 80 an.

Kota Pemalang pernah memiliki  bioskop yaitu Sultan dan Indra sebagai tempat nongkrong. Bioskop Sultan berlokasi di Jalan Sudirman dan Bioskop Sri Indra di Jalan A Yani.

BACA JUGA:Misteri Gunung Gajah Pemalang, Konon Menjadi Tempat Pertapaan untuk Memperoleh Kekuatan Gaib

Kisah Tumbangnya Bioskop di Pemalang

Pada tahun 70-an, film yang diputar kebanyakan film-film Indonesia. Seperti Tiga Dara, Loetoeng Kasarung, Pelarian. Bintang film yang popular saat itu antara lain Soekarno M Noer, Tan Tjing Boek atau Pak Item, dan Sofia WD.

 

Hingga tahun 90-an Bioskop Sultan dan Bioskop Indra menjadi jujugan penggemar film nasional maupun film India, film Hongkong dan Mandarin eranya Chen Lung serta Bruce Lee.

Mengutip dari salah satu sumber mengungkapkan bahwa ada beberapa Kisah menarik terkait Bioskop Sultan dan Bioskop Indra di era 80 an. Salah satunya adalah Mahmud, Pegawai Pertamina Jakarta yang menghabiskan waktu remaja di Pemalang.

"Nonton bareng teman-teman sekampung, taripnya berapa sen saya lupa", ungkap pria ini.

Ada juga Castro, guru di SMP Petarukan Pemalang asal desa Serang bercerita tentang ketatnya aturan yang saat itu diberlakukan untuk pengunjung.

Sumber: