Kisah Penemu Air Panas Guci Tegal, Sempat Bawa Istri untuk Meninggalkan Keraton

Kisah Penemu Air Panas Guci Tegal, Sempat Bawa Istri untuk Meninggalkan Keraton

kisah penemu pemandian air panas Guci Tegal./YouTube/Van Setya--

TEGAL, radartegal.disway.id - Inilah sejarah singkat kisah penemu pemandian air panas Guci Tegal yang berada di Guci, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.

Asal usul pemandian air panas Guci ini bedada pada zaman Walisongo yang menyebarkan agama Islam di Tegal.

Tempat ini terletak di bawah kaki Gunung Slamat dan nama Guci pemberian dari Sunan Gunung Jati.

Kisah penemu pemandian air panas Guci Tegal ini berawal pada tahun 1767, Raden Aryo Wiryo pergi dari Keraton Demak Bintoro.

Dia merasa jenuh dengan kehidupan keraton seharian. Sebab sering terjadi konflik persaingan persaudaran untuk perebutan tahta.

Raden Aryo Wiryo mengajak istrinya Nyai Tumbu untuk meninggalkan keraton. Lalu dia mengambdi di Keraton Mataran di zaman kejayaan Sultan Agung Hanyorokusumo.

Dia mendapat tugas oleh Sultan Agung untuk pergi ke Cirebon. Setelah tugasnya selesai, dia pergi mengembara hingga sampai di sebelah utara lereng Gunung Slamat dan menetap.

BACA JUGA:Belum Ada Kesepakatan, Konflik Pengelolaan Pancuran 13 Guci Tegal Berlanjut

Setelah memutuskan untuk menetap, Raden Aryo Wiryo membuka lahan perkampungan. Banyak orang yang datang dan berguru, hingga akhirnya menetap di perkampungan tersebut.

Raden Aryo Wiryo memberi nama tempat tersebut Kampung Keputihan. Suatu hari datang Kyai Elang Sutajaya untuk menyebarkan agama Islam di daerah tersebut.

Kyai Elang Sutajaya adalah pengembara dari Pesantren Gunungjati dan murid dari Syech Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.

Raden Aryo Wiryo dan pengikut kampung mendalami ajaran agama Islam untuk memperdalam keimanannya.

Saat itu Kampung Keputihan sedang terjadi wabah pageblug (tanah longsor dan penyakit gatal). Kyai Elang Sutajaya pun mengajak Raden Aryo Wiryo dan warga sekitar untuk berdoa kepada Allah SWT.

Kini ritual itu terkenal dengan nama ruwat bumi yang dilakukan dnegan menyembelih kambing Kendit. Selain itu ritual ini juga menyajikan hasil bumi untuk fakir miskin setiap bulan Asyuro.

Sumber: