Stok Beras Jateng Surplus Tapi Inflasi Tinggi, Ternyata Ini Penyebabnya

Stok Beras Jateng Surplus Tapi Inflasi Tinggi, Ternyata Ini Penyebabnya

BORONG BERAS - Masyarakat Batang saat memborong beras dalam Gerakan Pangan Murah di Jalan Veteran Batang. -RADAR PEKALONGAN-

"Stok ini terus bertambah karena serapan dari produksi petani di Jawa Tengah terus berjalan. Saat ini pengadaan berkisar antar 600 ton per hari ini," ungkapnya. 

Dia juga membenarkan jika produksi pangan di Jawa Tengah itu surplus. Karena tidak hanya diserap di wilayah Jateng saja, tetapi turut diserap wilayah lain. 

"Sehingga ini yang mempengaruhi fluktuasi harga beras di Jateng," jelasnya. 

Di tempat terpisah, Penjabat (Pj) Bupati Batang Lani Dwi Rejeki mengatakan GPM serentak di Batang dilakukan di dua titik, yakni di Jalan Veteran Batang dan juga di Kecamatan Bandar.

"Tujuan kita untuk pengendalian inflasi karena harga pangan yang disajikan ini jauh lebih murah dari harga pasar. Dan kegiatan ini bisa terus berkelanjutan yang bekerjasama dengan Bulog Provinsi agar harga bisa terjaga menjelang Hari Raya Idul Adha ini," jelasnya. 

BACA JUGA:Rekomendasi Mall di Tegal yang Paling mewah, Cocok Menjadi Tempat Belanja dan Nongkrong

Menurutnya, inflasi di Batang selalu berubah-ubah. Di bulan Mei lalu cukup tinggi di angka 3,7 persen. Meski begitu saat ini sudah berangsur stabil. 

Pada kesempatan ini, GPM menjual produk pangan dengan harga di bawah harga pasar. Seperti Beras Medium SPHP dijual dengan harga Rp43.000,00 per 5 kg, Beras Medium Gapoktan dijual dengan harga Rp50.000,00 per 5 kg, Telur dijual dengan harga Rp27.000,00 per kg.

Ada juga produk Minyak Kita dijual dengan harga Rp13.500,00 per liter. Cabai Merah dijual dengan harga Rp17.000,00 per kg. 

Sedangkan gula dijual dengan harga Rp13.500,00 per kg, dan Bawang Merah dijual dengan harga Rp25.000,00 per kg. ***

Sumber: