TERUNGKAP! Siapa Sosok Sebenarnya Mbah Panggung yang Dimakamkan di Kota Tegal

TERUNGKAP! Siapa Sosok Sebenarnya Mbah Panggung yang Dimakamkan di Kota Tegal

Pintu gerbang Tempat Pemakaman Islam Panggung di Kelurahan Panggung, Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal. -K Anam Syahmadani-

TEGAL, RADARTEGAL.DISWAT.ID - Sejarah menggambarkan Mbah Panggung sebagai sosok yang dihukum karena ajarannya. Namun di sisi lain, diakui sebagai ulama yang dimuliakan oleh masyarakat. 

Kontradiksi ini mendorong seorang santri yang juga putra kiai, Firman Hadi, melakukan penelusuran. Gus Firhad, sapaan akrabnya, menemukan versi lain, berbeda dari cerita yang selama ini beredar.

Awal mula penyebaran agama Islam di Kota Tegal tidak terlepas dari figur Mbah Panggung. Dari catatan Babad Negari Tegal, ada beberapa keterangan mengenai Mbah Panggung. 

Pertama, adalah Pangeran Panggung yang merupakan putra dari Sunan Ampel yakni Sunan Drajat. Kedua, Pangeran Panggung yang merupakan putra dari Sunan Kalijaga. 

Ketiga, putra Raden Fatah yang bernama Raden Kanduruhan. Keempat, paman dari Sultan Demak III. Kelima, putra Prabu Brawijaya V yang mempunyai nama Raden Panggung atau Abdurrahman. 

Cukup sulit menentukan siapa sebenarnya yang dimaksud Mbah Panggung. Informasi yang ada samar-samar karena kebanyakan bersumber dari tutur.

Masyarakat umumnya mengetahui Pangeran Panggung diterangkan sebagai murid dari Syekh Siti Jenar. 

Pangeran Panggung bahkan sering mengunjungi padepokan gurunya itu di Cirebon. Karena mengembangkan ajaran wahdatul wujud atau manunggaling kawula gusti yang dianggap membahayakan, Dewan Wali di Demak memutuskan menghukum mati Syekh Siti Jenar.

Alkisah, Pangeran Panggung sendiri memiliki dua pembantu bernama Iman dan Tokid, yang dalam pandangan manusia biasa terlihat berwujud dua ekor anjing. 

Keduanya selalu mengikuti Pangeran Panggung, termasuk ketika pergi ke masjid. Gegerlah masyarakat Bintoro. 

Penguasa Demak tidak tinggal diam. Pangeran Panggung dipanggil dan Sidang Dewan Wali memvonis hukuman dibakar.

Saat dihukum, Pangeran Panggung menuliskan pesan-pesan dan wasiatnya yang dikemas dalam bentuk tembang atau kidung. Pesan dan wasiat Pangeran Panggung tersebut dikenal Suluk Malang Sumirang. 

Isinya, sebuah piwulang agar para pemuda jangan lekas mengambil keputusan terhadap seseorang yang tampaknya menyalahi hukum.

Terkait tempat Pangeran Panggung dihukum terdapat dua pandangan. Pertama di Tegal dan kedua di Demak. 

Sumber: