Rencana Pemerintah Bikin Puyeng, Nelayan di Pantura Mulai Bergerak Tolak Rencana Kenaikkan Harga BBM

Rencana Pemerintah Bikin Puyeng, Nelayan di Pantura Mulai Bergerak Tolak Rencana Kenaikkan Harga BBM

ILUSTRASI - Warga Brebes jadi korban Kapal Lupeng Yuan Yu 028 yang terbalik di Samudera Hindia.-Teguh Mujiharto-

Kemudian, ditambah ongkos angkut Rp50 per liternya, sehingga pemilik kapal membeli seharga Rp5.200. Total biaya untuk pembelian BBM solar subsidi saja sekitar Rp7,8 juta.

Belum lagi, kata Riswanto, kebutuhan es untuk pendingin ikan 70 balok seharga Rp33.000. Sehingga totalnya Rp2,3 juta dan perbekalan makanan Rp6,8 juta.

"Sehingga jika dirata-rata, untuk kapal dengan ukuran 28 GT dengan alat tangkap pursin mini biaya perbekalannya Rp17 juta," ujarnya.

Sedangkan, ujar Riswanto, hasil tangkapannya saat ini dari hasil melaut satu minggu hanya mampu mendapatkan 50 basket dengan estimasi 40 Kg per basket. Harga jual saat ini sekitar Rp400.000 per basket untuk kualitas ikanya bagus, sehingga hasil lelang Rp20 juta.

Kalau dilihat antara biaya perbekalan dan hasil lelang ikannya masih ada sisa Rp3 juta. Jika, hasilnya dibagi dengan jumlah ABK kurang lebih 22 orang, maka setiap ABK nya medapat bagi hasil kurang lebih Rp136 ribu. 

"Lalu pemilik dapat apa? Padahal sebagai pemodal dan pemilik kapal mustinya dapat hasil. Itu kita bicara saat ini BBM subsidi di harga Rp5.150 perliter, bagaimana kalau harga solar subsidi dinaikan?" pungkasnya.

Hal senada disampaikan Miftakhudin salah satu warga Kota Tegal. Menurutnya, dia juga keberatan dengan rencana kenaikan harga BBM, karena akan berdampak terhadap masyarakat.

"Naiknya, harga BBM juga akan menaikkan harga kebutuhan pokok yang nantinya akan memberatkan masyarakat," ujarnya. (*)

Sumber: