Bupati Tegal Umi Azizah: Idulfitri Momen Silaturahmi, Memperkuat Persaudaraan

Bupati Tegal Umi Azizah: Idulfitri Momen Silaturahmi, Memperkuat Persaudaraan

Bupati Tegal Umi Azizah mengharapkan momen Ramadan dan Idulfitri tahun ini bisa memberikan semangat baru bagi masyarakat untuk bekerja lebih giat dan berkarya lebih hebat, di samping memperkuat persaudaraan antarsesama warga. 

Pesan ini disampaikan Umi sesaat sebelum pelaksanaan ibadah salat Idulfitri 1 Syawal 1443 Hijriah di Masjid Agung Kabupaten Tegal, Senin (2/5) pagi.

Umi mengatakan, ibadah Ramadan adalah momentum untuk meningkatkan derajat keimanan dan ketakwaan yang muaranya adalah kerendahan diri untuk saling memaafkan. Sedangkan Syawal dan Idulfitri kristaliasi yang membawa umat muslim pada fitrahnya.

“Fitrah sebagai pribadi yang lebih baik, lebih santun, maupun fitrah kita sebagai bangsa yang saling menghormati, saling menghargai, bekerjasama dan bergotongroyong,” kata Umi.

Melalui momentum ini, Umi juga mengajak masyarakat untuk menyingkirkan sikap tajassus atau selalu mencari kesalahan orang lain, ghibah atau menggunjing, merendahkan sesama, memberikan julukan buruk, syak wasangka dan politisasi atas segala hal dan permasalahan yang timbul.

“Saatnya kita bergerak maju mencari persamaan, bukan sebaliknya, mempertajam perbedaan. Selalu berupaya mencari titik temu, bukan titik pisah. Saling memperkuat persatuan dan kesatuan, bukan saling melemahkan,” jelasnya.

Menurutnya, insan yang ber-Idulfitri adalah insan yang bisa menyadari bahwa setiap orang dapat melakukan kesalahan dan dari kesadarannya ini, maka bersedia pula untuk memberi dan menerima maafnya.

Pesan persaudaraan pada momen Idulfitri ini adalah pengingat di tengah kompleksitas kehidupan majemuk masyarakat di mana perbedaan sangat mudah ditemukan. 

Perbedaan ini menurutnya adalah hal yang wajar, karena memang Tuhan menciptakannya dan sengaja menjadikan perbedaan di antara umat sebagai tanda kekuasaan-Nya.

Melalui momen Idulfitri ini, Umi pun mengajak masyarakat dan umat muslim bisa memahaminya dengan hati. Menyadarkan setiap diri bahwa sesungguhnya fitrah bangsa ini adalah keberagaman dan khittah negara ini adalah kebersatuan.

Sehingga atas segala perbedaan yang timbul baik karena kontestasi politik yang menciptakan polarisasi dan politik identitas di masyarakat, maupun perbedaan pemahaman dan pengamalan beragama, dirinya mengajak umat muslim dan seluruh elemen masyarakat untuk kembali bersatu.

Memperkuat kembali ikatan yang mungkin sempat memudar, menyatukan kembali energi kegotongroyongan yang mungkin sempat melemah menjadi satu kekuatan besar untuk membangun negara ini menjadi lebih baik, lebih maju, beradab dan berkeadilan.

“Mari kita bicara baik. Kita isi narasi kebangsaan ini dengan hal-hal yang menyejukkan, yang membangun optimisme untuk menghadapi setiap tantangan demi meraih visi Indonesia Emas 2045 dengan terus bekerja bersama menuntaskan masalah kemiskinan, pengangguran, ketimpangan kemakmuran dan keterbelakangan pendidikan, termasuk di dalamnya memberantas budaya korupsi, sikap malas, serakah sehingga mudah menyalahkan dan gemar mencaci,” imbuhnya. (*/ima)

Sumber: