Dapat Bantuan RTLH dari Ganjar, Pedagang Cilok Menangis Haru

Dapat Bantuan RTLH dari Ganjar, Pedagang Cilok Menangis Haru

Junaidi, 27, tidak dapat menahan tangis saat Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo tiba di kediamannya, Selasa (12/4). 

Pria yang sehari-hari menjadi penjual cilok itu tak menyangka, rumah sederhananya di Dusun Kebonombo RT1/4 Kabupaten Semarang itu bakal disambangi orang nomor satu di Jawa Tengah.

Apalagi, Ganjar datang bukan hanya untuk mampir saja. Namun, ia juga ingin memberikan bantuan pada Junaidi dan keluarganya. 

Bantuan yang sudah lama diidam-idamkan keluarga kecil itu. Renovasi rumah tidak layak huni.

"Alhamdulillah, Pak Ganjar, maturnuwun sanget. Alhamdulillah ya Allah," kata Junaidi.

Yah, Junaidi dan keluarganya tinggal di rumah yang jauh dari kata layak. Rumah berdinding kayu itu masih berlantai tanah. 

Tidak ada perabot mewah di rumah itu. Hanya kasur yang dipasang di ruang tamu sebagai tempat tidur sehari-hari.

Kondisi rumah juga sudah hampir roboh. Tiang penyangga terlihat miring, sehingga rumah itu cukup membahayakan untuk ditinggali. 

Sementara di bagian dapur dan kamar mandi juga masih jauh dari kata nyaman. Kamar tidur dan ruangan-ruangan lain juga hanya seadanya.

"Niki nek udan nggeh bocor, Pak (kalau hujan bocor semua pak). Lha meniko atap do bolong-bolong (itu atapnya sudah bolong semua)," ucapnya.

Ganjar kemudian masuk ke rumah itu dan mengecek kondisinya. Ia kemudian mengatakan pada Junaidi bahwa akan membantu renovasi rumahnya.

Ganjar kemudian menyerahkan bantuan RTLH yang bersumber dari Baznas kepada Junaidi sebesar Rp20 juta. Selain itu, ia juga memberikan sembako dan uang tunai kepada istri Junaidi yang kedapatan sedang hamil anak kedua.

"Mangke didandani nggih, kersane luwih nyaman (nanti dibenarkan, biar lebih nyaman). Mangke bapak-bapak gotong royong nggih, diewangi Pak Junaidi ndandani omah (bapak-bapak gotong royong membantu Junaidi membangun rumah)," pinta Ganjar pada warga yang sekitar dan langsung disanggupi.

Junaidi mengatakan, rumah yang ditempatinya itu merupakan rumah warisan. Pekerjaannya sebagai penjual cilok, membuatnya tak bisa berbuat banyak untuk memperbaiki rumah.

Sumber: