Rara Mandalika

Rara Mandalika

Tapi, karena kecaman itu datang dari kalangan Islam, banyak juga yang menyerang balik: orang Islam minta hujan lewat shalat dan doa secara Islam, Rara mencegah hujan juga lewat doa agama Rara. Apa salahnya.

Ada juga tokoh yang sebenarnya sudah berusaha ”menenggelamkan” diri dari Rara maupun dari hiruk pikuk Mandalika –tapi tidak bisa tenggelam begitu saja.

Ia sangat berjasa dalam merintis sirkuit Mandalika. Ia pantas duduk di deretan kursi VIP –bahkan VVIP. Tapi, ia memilih duduk jauh di tempat penonton umum.

Sudah banyak yang merayunya: agar mau pindah ke kursi depan. Sejajar dengan para pimpinan negara. Ia bergeming. Ia bersikukuh duduk di kursi umum. Ia merasa sudah bukan siapa-siapa. Ia sudah menjadi warga Lombok biasa.

Di zona B itu ia duduk bersama istri dan anak-anaknya. Ditemani para alumnus Al-Azhar, Kairo. Sebanyak 350 orang. Mereka lagi kumpul di Lombok. Ia adalah ahli tafsir Qur’an –yang juga hafal Qur’an– lulusan Al-Azhar. Sampai mendapat gelar doktor di sana.

Ia adalah Tuan Guru Bajang. Gubernur NTB pada waktu Mandalika diputuskan untuk balapan MotoGP.

Hebat. Sebagai acara balap motor, Mandalika telah jauh melampaui batas-batas asap knalpotnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: