Rara Mandalika

Rara Mandalika

Berhasilkah acara MotoGP Mandalika itu? ”Secara umum sangat berhasil. Nama Indonesia terangkat di dunia balap motor,” ujar pengamat balap independen.

Publikasi balap Mandalika di luar negeri sangat positif. ”Sudah layak Indonesia jadi penyelenggara. Dunia tahu penggemar MotoGP di Indonesia terlalu banyak. Terbanyak di dunia,” tulis mereka.

Kalau saja tahun depan balap itu bisa digeser ke Juni atau Juli, tentu jauh lebih berhasil. Cuaca Bali-Lombok di bulan itu luar biasa nyamannya. Pasti pengunjung internasional akan sangat terkesan.

Tapi, di bulan itu Bali dan Lombok sangat ramai. Disebut peak season. Sudah banyak turis yang ke sana. Untuk apa menambah ramai yang sudah ramai.

Mungkin banyak juga yang menginginkan tetap saja di bulan Maret. Di musim hujan. Dengan alasan sederhana: agar Rara bisa beraksi lagi. Menghibur sekali. Pun secara internasional. Ada kearifan lokal dalam event internasional. Ada nama orang Indonesia yang diberitakan hampir sejajar dengan para juara.

Yang sedih adalah tokoh-tokoh yang semula berharap ikut top di event besar tersebut. Yang telah bekerja keras mempersiapkan balapan bergengsi itu. Tiba-tiba nama-nama itu tenggelam oleh Rara.

Siapa Rara?

Anda sudah tahu: dia tarot. Spesialisasinya: mencegah, menahan, menggeser, dan menyetop hujan. Di Bali Rara itu diibaratkan Calon Arang. Di zaman Kerajaan Kadiri-nya Prabu Airlangga.

Sama-sama wanita. Sama-sama single parent. Sama-sama punya anak satu. Sama-sama punya kesaktian.

Calon Arang, perempuan, punya kemampuan magic luar biasa. Sampai pasukan Raja Airlangga saja tidak bisa menundukkannya.

Calon Arang telah mematahkan mitos bahwa orang biasa tidak akan bisa berkuasa. Calon Arang, dengan ilmu magic-nya, telah membuat dirinya sejajar dengan raja.

Rara punya kelebihan tidak hanya mengatur hujan. Juga, meramal nasib dan memproduksi alam masa datang.

Kisah selebihnya Anda sudah tahu: Calon Arang punya anak yang sangat bertolak belakang dengan ibunya. Ia sangat pengasih dan penyayang rakyat. Ia pernah melihat rakyat tidak bisa memanjat pohon kelapanya. Manggali, sang anak, menjatuhkan kelapa itu dari jarak jauh.

Tapi, Calon Arang juga punya kelemahan. Dia diperdaya. Jimat-jimatnya dicuri intelijen raja. Dia tidak sakti lagi.

Ada yang mengecam kejadian Rara di Mandalika itu telah menimbulkan citra Indonesia seperti negara primitif. Kalau kecaman itu datang dari para ilmuwan, mungkin sulit dilawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: