Peristiwa Wadas Coreng Ikon Ganjar, Ray Rangkuti: Tiba-tiba Pak Ganjar Jadi Elitis Sedemikian Rupa

Peristiwa Wadas Coreng Ikon Ganjar, Ray Rangkuti: Tiba-tiba Pak Ganjar Jadi Elitis Sedemikian Rupa

Menjelang Pilpres 2024, gaya kepemimpinan membumi dalam meraup simpati masyarakat diyakini sudah tidak akan laku jika "dijual" Ganjar Pranowo. Ini diyakini sebagai buntuk kejadian di Desa Wadas Kecamatan Bener, Purworejo yang sangat viral di Tanah air.

"Bacaan saya, sulit kalau Pak Ganjar tetap mempergunakan pola yang sama untuk meningkatkan elektabilitasnya," kata Direktur Eksekutif Lingkar Madani (LIMA) Indonesia, Ray Rangkuti, Sabtu (12/2).

Hal itu tak lepas dari gejolak Wadas yang saat ini menjadi sorotan nasional. Bagi Ray, peristiwa Wadas telah mengubah ikon kerakyatan yang selama ini digunakan Ganjar menjadi elitis.

"Tiba-tiba Pak Ganjar menjadi elitis sedemikian rupa, sehingga ikon calon pemimpin merakyat itu akan sulit kembali menaikkan pamor Pak Ganjar di masa yang akan datang, setidaknya 2024," tegasnya.

Oleh karenanya, perlu ada perubahan strategi jika politisi PDIP itu ingin tetap mendapat dukungan dari masyarakat.

"Ganjar harus mencari ikon baru untuk memperlihatkan dirinya di luar ikon pemimpin merakyat," tandasnya.

Sementara itu, untuk penyelesaian masalah di Desa Wadas, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menyiapkan tiga agenda bersama Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).

Hal itu disampaikan Ganjar, usai bertemu dengan anggota Komnas HAM, Beka Ulung Hapsara di rumah dinas Puri Gedeh, Semarang, Jumat (11/2). Ganjar mengatakan, tiga agenda itu yakni evaluasi teknis, pendekatan dan pemulihan kondisi warga.

“Kita evaluasi secepatnya, pertama tentu kami akan mengevaluasi teknis. Kedua, adalah cara pendekatan agar tidak terjadi kekerasan dan ketiga soal bagaimana kita menyiapkan kondisi masyarakat agar kembali guyub rukun,” kata Ganjar usai pertemuannya dengan Beka.

Ganjar mengatakan, evaluasi teknis yang dilakukan antara lain terkait isu lingkungan, isu penambangan dan melibatkan BBWS dan BPN sebagai institusi yang mengerjakan.

“Kemudian juga agar tidak ada yang kedua, cara-cara yang nanti ada kekerasan nggak boleh lagi dan polda juga sudah setuju juga,” ujar Ganjar.

Ketiga, lanjut Ganjar, adalah memperbaiki kondisi psikologis warga di Wadas agar kembali guyub rukun. Sebab Ganjar mendapat informasi bahwa terjadi perundungan di tengah warga antara yang pro dan kontra. (rmol/zul)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: