Delapan Santriwati yang Digenjot Gurun Pesantrennya di Bandung Sudah Melahirkan

Delapan Santriwati yang Digenjot Gurun Pesantrennya di Bandung Sudah Melahirkan

Korban pencabulan guru pesantren di Kota Bandung hingga kini ada 21 santriwati, 11 anak di antaranya merupakan warga Garut, Jawa Barat.

Ke-11 korban itu saat ini mendapatkan pendampingan dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Garut.

Pendampingan dilakukan agar para korban pencabulan tidak mengalami trauma berkepanjangan, sehingga tetap memiliki semangat hidup.

"Mereka sudah dalam pendampingan kami, sekarang mereka sudah dengan orang tuanya," kata Ketua P2TP2A Kabupaten Garut Diah Kurniasari saat jumpa pers, Kamis (9/12) malam.

Dia menuturkan korban tindak asusila oleh guru di Bandung tersebut, bukan hanya warga Garut, tetapi ada juga yang berasal dari daerah lain. Dilaporkan ada 21 orang, dengan kondisi ada yang hamil maupun sudah melahirkan.

Khusus korban asal Garut, kata dia, yang sudah melahirkan sebanyak delapan orang. Semuanya tinggal dengan orang tuanya berikut mendapatkan pendampingan dari tim P2TP2A Garut.

"Kami sudah beberapa kali datang melakukan pendampingan, apabila ada yang tidak sanggup mengurusnya kami coba menawarkan untuk dirawat oleh kami," katanya.

Dia mengungkapkan kasus tersebut berhasil diungkap, setelah ada orang tua korban yang melaporkannya ke polisi. Kemudian diproses hingga pelakunya diadili.

"Hingga saat ini, upaya pendampingan masih terus berjalan berupa pendampingan korban dalam menghadapi persidangan," ungkapnya sebagaimana yang dikutip dari antara.

Dia menyampaikan selain melakukan pendampingan kesehatan dan hukum, pihaknya berusaha membantu korban yang masih usia sekolah untuk bisa kembali sekolah maupun melanjutkan kuliah.

Selama itu, lanjut dia, tim dari P2TP2A Garut akan terus menjalin komunikasi dengan orang tua korban dan memantau langsung setiap perkembangan korban.

"Meski para korban telah kembali ke rumahnya masing-masing dan tinggal bersama orang tuanya, pemantauan para korban terus dilalukan lewat komunikasi dengan orang tua dan korban," kata Diah. (antara/zul)

 

Sumber: