Senior Chris
Akhirnya saya sering bertemu Pak Chris: di Istana. Di zaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Yakni ketika beliau menjadi anggota Wantimpres atau anggota Komite Ekonomi Nasional (KEN).
Setelah itu pun saya masih sering bertemu. Di kantor Pak Chairul Tanjung –diskusi rutin soal ekonomi terkini. Sebelum Covid.
Selama Covid, praktis hubungan kami hanya lewat telepon atau WA. Ia sering curhat soal berita di TEMPO. Ia juga sering mem-forward pembicaraan politiknya dengan para politisi.
Tanggal 24 Juni, Pak Chris masih kirim WA soal tokoh-tokoh PDI Perjuangan yang berpotensi jadi calon presiden. Berikut kombinasi pasangan Cawapresnya.
"Pasangan Puan-Anies sulit dilawan calon mana pun," tulisnya. "Seluruh partai akan di belakangnya. Kecuali separo Golkar yang masih dipegang LBP," tambahnya.
Tapi Pak Chris juga meneruskan pembicaraan itu. "Kalau Puan-Anies menang memang akan banyak oposan dari Indonesia Timur". Itu terkait dengan khilafah.
Saya hanya berkomentar pendek. "Anies itu kan lulusan Chicago. Juga rektor Paramadina yang Islamnya begitu sekuler. Kok masih diasosiasikan dengan khilafah ya?" tulis saya.
Ia tidak langsung menanggapi. Ia tahu persis siapa Anies. Ia mengirim kesimpulan:
"PDIP punya 4 paket. Yang mana mau digunakan, hak prerogatif ketua umum. Kita lihat sampai jelang deadline di 2023. Sekarang baru arena pemanasan, adu gagasan, ruang imajinasi-komunikasi, dan curah harapan. Menghibur tp tdk menentukan...".
Pak Chris begitu ingin melihat apa yang akan terjadi di tahun 2023. Saya akan mengabari beliau pada saatnya nanti.... (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: