Doni Monardo Sempat Tak Mau Dirawat di Rumah Sakit, Padahal Pegang Ponsel Saja Sudah Tak Bisa
Semua orang berpotensi terinfeksi COVID-19. Termasuk ketua Satgas Penanganan COVID-19, Doni Monardo. Mantan Danjen Kopassus ini diketahui sempat menolak menjalani perawatan di rumah sakit saat dirinya terkonfirmasi positif Corona.
Hal ini disampaikan tenaga ahli dan staf khususnya Egy Massadiah di Jakarta, Sabtu (20/3). "Tim dokter dari Satgas COVID-19 maupun tim dokter BNPB, meminta Pak Doni berkenan dirawat di rumah sakit. Semua bujuk-rayu seperti membentur tembok," kata Egy.
Padahal, kondisi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) itu tidak bisa dibilang baik-baik saja. Pada hari kedua terpapar, suhu badan Doni naik. Mantan Danpaspampres tersebut bahkan tidak bisa memegang ponsel.
Data saturasi oksigen Doni Monardo berada di angka 78 persen. Artinya masuk dalam kategori rendah. "Angka itu jauh dari normal di kisaran 95-100 persen," imbuhnya.
Namun Doni bersikeras tidak mau dirawat di rumah sakit. Meskipun istrinya sempat membujuk, Doni tetap tidak mau. Awalnya doni meyakini dirinya bisa bolak-balik ke rumah sakit untuk pemeriksaan dan tetap isolasi mandiri di rumah.
Namun, akhirnya Doni bersedia dirawat di rumah sakit setelah mendengar ultimatum dari putri sulungnya. Doni pun masuk ke kamar perawatan pada 26 Januari lalu. Dia dirawat sampai 29 Januari. Setelah keluar RS, Doni menjalani isolasi mandiri di hotel.
"Setelah isolasi 20 hari dan dua kali tes usap PCR hasilnya negatif, maka pada 23 Februari 2021, Pak Doni kembali bisa beraktivitas. Sebagai orang dengan status penyintas COVID-19, Pak Doni juga ikut mendonorkan plasma konvalesen pada 1 Maret lalu," paparnya.
Terkait bagaimana Doni terinfeksi, Egy menuturkan bahwa Letjen TNI itu sangat patuh protokol kesehatan. Bahkan tidur pun Doni tetap memakai masker. Ini dilakukan saat meninjau gempa Sulawesi Barat pada awal Januari 2021 lalu. Selain itu, Doni juga rajin berolahraga.
Doni meyakini dirinya tertular dari aktivitas makan bersama, meski Egy beropini ada faktor kelelahan dalam proses penularan tersebut. "Hal itu karena dalam peninjauan ke daerah bencana, Pak Doni bersama tim BNPB kurang istirahat, banyak pikiran, dan intensitas pekerjaan sangat tinggi. Lepas dari kemungkinan yang mana yang benar, yang pasti, usai Pak dinyatakan negatif, saya dan sejumlah kawan sempat berdiskusi. Ada beberapa jenis pengidap Corona. Sebagian sembuh dengan sangat cepat. Sebagian lainnya lama," tutur Egy.
Menurutnya, Doni Monardo merasakan hal itu dalam tiga pekan pertama saat kondisi fisiknya menurun. Dia juga merasakan proses kesembuhannya lambat, meski sudah mengonsumsi sekian jenis vitamin dan obat-obatan. Doni pun merasa cepat lelah.
"Kami berharap apa yang dialami Pak Doni menjadi pelajaran dan bermanfaat buat kita semua," pungkasnya. (rh/zul/fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: