Berbeda dari Biasanya, Kapolri dan Wakapolri Akan Dipilih Sepaket
Pergantian posisi Kapolri untuk kali ini disinyalir berbeda dengan sebelumnya. Kali ini potensi penggantian di pucuk tertinggi Korps Bhayangkara tersebut dikemas dalam satu paket Kapolri-Wakapolri.
Kabar siapa pengganti Jenderal Polisi Idham Azis hingga saat ini masih misterius. Empat jenderal bintang tiga polisi digadang-gadang sebagai suksesor. Mereka adalah Wakapolri Komjen Gatot Eddy Pranomo, Kabareskrim Komjen Listyo Sigit, Kabaharkam Komjen Agus Andrianto, dan Kepala BNPT Komjen Boy Rafli Amar.
Menurut Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane pemilihan Kapolri kali ini akan berbeda dengan sebelumnya. Neta melihat ada potensi membuat satu paket pergantian kapolri dan wakapolri.
"Komjen Gatot Eddy akan menjadi Kapolri sekaligus mendorong Kabareskrim Komjen Sigit menjadi Wakapolri menggantikan Gatot Eddy," katanya, Rabu (6/1).
Diungkapkannya, gagasan tersebut saat ini semakin serius dibahas kalangan istana jelang penyerahan nama Kapolri baru ke DPR. Dia pun memperkirakan usulan nama calon kapolri itu sudah disampaikan Wanjakti Polri, sedangkan dari Kompolnas diperkirakan baru diserahkan pada Jumat (8/1).
"Setelah mendapat usulan nama-nama calon kapolri , Presiden akan memilih satu nama yang kemudian pada Senin 11 Januari 2021 diserahkan kepada DPR agar Komisi III DPR bisa melakukan uji kepatutan, sebelum Kapolri Idham Azis pensiun pada 25 Januari 2021," katanya.
Dikatakan Neta, saat ini di lingkungan Istana sudah mengkristal dua nama calon Kapolri, yakni dari senior Akpol 88 dan junior Akpol 91. Sebab dari kalangan internal Polri berharap Presiden Jokowi memilih jenderal senior sebagai kapolri. Begitu juga untuk posisi wakapolri diharapkan dipilih dari jenderal senior.
Jika demikian, menurut Neta, pada priode 2021 sampai 2024, Presiden Jokowi masih bisa mengangkat dua Kapolri lagi. Pertama, figur yang diangkat menjadi Kapolri adalah jenderal senior dengan NRP 65 yang berakhir masa tugasnya di tahun 2023.
Lalu pengganti kapolri NRP 65 akan dipilih jenderal dengan NRP 67 atau 68 yang berakhir masa dinasnya di tahun 2025 atau 2026. "Sehingga proses suksesi di tubuh Polri berjalan tanpa gejolak dan tanpa keresahan," ungkapnya.
Neta menyebut saat ini suksesi Kapolri berlangsung dalam situasi sosial politik yang penuh dinamika, dengan munculnya kelompok-kelompok garis keras keagamaan. Karenanya Jokowi harus memilih figur kapolri yang tidak hanya loyal, tapi juga mampu mengkonsolidasikan institusinya dengan kapabilitasnya yang disegani senior maupun juniornya.
"Selain itu figur yang dekat dengan tokoh-tokoh masyarakat dan memiliki jam terbang yang tinggi dalam menjaga keamanan masyarakat. Sehingga keberadaan kapolri tsb tidak menjadi beban sosial bagi Presiden hingga usainya masa jabatan Jokowi di 2024," katanya.
Kabar yang diutarakan Neta, dibantah Istana. Tenaga Ahli Kantor Staf Kepresidenan Donny Gahral Adiansyah mengatakan belum ada pembicaraan di lingkungan Istana untuk mengusung Gatot menjadi Kapolri. Bahkan hingga kini belum ada pembicaraan resmi soal nama calon Kapolri lain yang akan dipilih Jokowi.
"Tidak ada, tidak ada. Belum ada nama-nama. Kita tunggu saja, ini masih dalam proses," katanya.
Dia mengaku hingga saat ini belum mengetahui pasti kapan Jokowi akan menyerahkan nama calon Kapolri ke DPR. Bahkan ada arahan terkait hal tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: