Pembunuh La-Fao

Pembunuh La-Fao

Di hari lain mereka kena batunya. Yakni saat di kota Hefei, kota terbesar di provinsi Anhui.

Mereka berhasil mendapat mangsa. Korban disekap di kamar apartemen sewaan. Fa lantas menghubungi istri korban. Minta tebusan untuk sang suami.

Si istri menyanggupi menyerahkan uang 10.000 yuan. Sekitar Rp 20 juta. Maka Fa datang ke rumah korban.

Si istri rupanya sudah mengontak polisi.

Fa pun disergap saat mengambil uang tebusan itu. Terjadilah drama tembak-menembak di lokasi itu.

Fa berhasil diringkus. Tahun itu juga pengadilan menjatuhkan hukuman mati untuk Fa. Hanya dalam hitungan hari Fa sudah dieksekusi.

Tapi Fa berhasil melindungi Lao. Fa tidak mau menyebut di mana tinggal. Termasuk di mana lokasi penyekapan.

Ia tahu bahwa ia toh akan dihukum mati. Mengakui siapa temannya membunuh pun tidak akan membuat hukumannya lebih ringan.

Saat itulah Lao lari. Meninggalkan korban yang disekap di apartemen itu. Beberapa hari kemudian barulah polisi menemukan lokasi itu: dari laporan penduduk. Yakni karena ada bau busuk keluar dari kamar itu.

Mungkin korban mati karena dibunuh. Mungkin juga karena diikat. Tidak ada yang tahu ada sandera di situ.

Di pengadilan Senin lalu Lao mengaku berada di bawah tekanan suami. Kalau menolak perintah suami dia akan dibunuh. Bahkan juga keluarganyi. "Saya sering dipukul, dicekik dan dimaki-maki. Juga diancam," ujar Lao kepada hakim.

Lao pun minta maaf kepada semua keluarga korban. Dia mengaku tidak berniat membunuh. Dia merasa ditipu oleh suami.

Lao diadili di kota Nanchang, ibu kota provinsi Jiangxi –kota tempat saya dulu belajar bahasa Mandarin.

Itu karena Lao berasal dari provinsi itu.

Salah satu keluarga korban memberikan kesaksian. "Keluarga kami hancur setelah pembunuhan itu," ujar janda korban. Sebagaimana disiarkan di media di Nanchang. "Ibu mertua kami menangis sampai buta. Tiga anak kami putus sekolah," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: