Tak Terapkan Protokol Kesehatan, KPU Dianggap Belum Serius Siapkan Pilkada Serentak 2020

Tak Terapkan Protokol Kesehatan, KPU Dianggap Belum Serius Siapkan Pilkada Serentak 2020

“Sarung tangan licin saat memeriksa surat suara yang diberikan dan surat suara kerap terjatuh karena sarung tangan licin. Kondisi TPS pada saat simulasi kering. Tetapi ada potensi TPS becek jika pada hari pemungutan suara terjadi hujan. Hal ini berpotensi merusak surat suara jika tetap menggunakan sarung tangan plastik. Karena surat suara berpotensi jatuh karena licin,” tambahnya.

Waktu paling cepat proses pemilih masuk ke TPS, memilih, hingga keluar dari TPS pada saat TPS ramai membutuhkan waktu rata - rata 3 menit 30 detik. Ini untuk pemilih rentang usia 20 - 50 tahun. Sedangkan untuk pemilih lanjut usia membutuhkan waktu sekitar 5 menit 15 detik.

Pengisian daftar hadir juga membutuhkan waktu cukup lama. Karena pemilih diminta membawa alat tulis masing - masing. Sedangkan tidak semua pemilih membawa alat tulis sendiri. Setelah pemilih mengisi daftar hadir dan diminta untuk menunggu di dalam TPS.

"Pemilih berpotensi menunggu cukup lama karena pemanggilan pemilih tidak berdasarkan pemilih yang datang dan mengisi daftar hadir lebih dulu," ucapnya.

Proses melepas sarung tangan setelah pencoblosan dan saat akan pemberian tinta di jari membutuhkan waktu sekitar 15 - 20 detik. Tempat pembuangan sarung tangan kurang memadai karena tempatnya kecil.

Pemberian tinta pada simulasi kali ini dilakukan dengan mengoleskan tinta pada jari pemilih menggunakan cotton bud. Hal ini, lanjutnya, berpotensi terjadi penularan virus. Karena cotton bud digunakan untuk beberapa pemilih tanpa dilakukan penggantian.

“Setelah dioleskan tinta pemilih langsung membersihkan jarinya, tinta berpotensi langsung hilang. Seharusnya petugas memberitahu pemilih untuk menunggu tingga cukup kering sebelum membersihkannya. Penggunaan lap untuk membersihkan tinta yang digunakan secara bergantian juga berpotensi menularkan virus,” urai Fritz.

Sementara itu, Ketua KPU RI, Arief Budiman, mengatakan meski secara keseluruhan simulasi tersebut berjalan baik, namun masih terjadi kerumunan pemilih. Kerumunan tersebut, bakal menjadi evaluasi sebelum nantinya Pilkada 2020 di 270 daerah digelar pada 9 Desember.

“Kami catat datang apakah bergerombol, apakah sesuai imbauan KPU. Kemudian, bagaimana mereka antre. Walau sudah ada jarak, tapi masih ada yang bergerombol. Itu jadi evaluasi. Sampai ke TPS bagaimana petugas memberi sarung tangan dan meneteskan tinta. Semuanya akan menjadi bahan evaluasi agar nanti pelaksanaannya menjadi lebih baik," terang Arief. (khf/fin/zul/rh)

Sumber: