Sentil Menhan, Arief Poyuono Sebut Banyak Kementerian Tidak Mengerti Krisis

Sentil Menhan, Arief Poyuono Sebut Banyak Kementerian Tidak Mengerti Krisis

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono menyebut, banyak di antara kementerian-kementerian yang tidak mengerti kondisi krisis saat ini. Misalnya, ada sebuah departemen atau kementerian meminta anggaran besar untuk tahun depan. Padahal, apa yang mau dibelanjakan itu tidak begitu berguna.

“Belanja alat itu tidak bisa menangkal virus Covid-19. Kapal Induk Amerika saja tidak bisa melawan Covid-19. Jadi, yang perlu kita pahami itu musuh kita sekarang ini tidak terlihat,” ujarnya, seraya menyindir salah satu kementerian yang membawahi pertahanan.

Menurutnya, lambatnya penyerapan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) menjadi hambatan dalam misi menyelamatkan perekonomian dari ancaman Covid-19.

Bayangkan saja, realisasi penyerapan anggaran PEN per 19 Agustus 2020, baru Rp174,79 triliun atau setara 25,1% daru pagu anggaran sebesar Rp695,2 triliun.

Beberapa kalangan menilai, bahwa hal persoalan itu disebabkan buruknya koordinasi yang dilakukan antarlintas kementerian yang ada di wilayah ekonomi dengan yang berda di luar ekonomi.

“Saya melihat menteri-menteri Presiden Jokowi yang berada di luar tim ekonominya tidak punya aura krisis. Artinya, seperti tidak punya kemauan dan keberanian untuk bisa membantu Pak Jokowi,” kata Arief dalam diskusi virtual yang dikutip dari Fajar Indonesia Network (FIN) dengan tema
Menakar Keberhasilan Komite Penanganan Covid-19 Serta Serta Pemulihan Ekonomi Nasional Sesuai Perpres 82/2020, Sabtu (29/8).

Menurut Arief, baiknya semua anggaran saat ini ditujukan kepada sektor-sektor penting, seperti kesehatan dan khususnya untuk penyelamatan ekonomi nasional.

Ia menggambarkan, bahwa kondisi negara sebelum terjadi Covid-19 bagaikan makanan lezat seperti Pizza Hut. Namun hari ini berbeda, dunia bagaikan donat-donat yang menumpuk.

“Jadi kita berada di tengah donat-donat itu, nah sekarang kita harus berfikir bagaimana kita bisa keluar dari situ. Jadi, ketika negara lagi begini, keuangan tidak jelas pula,” imbuhnya.

Selain itu, Arief mengusulkan kepada pemerintah, dalam hal ini Kementerian Keuangan (Kemenkeu), agar ke depan pendidikan Ekonomi dan Politik harus mengikuti cara penanganan krisis Covid-19. Ia memberi contoh, pemerintah sebaiknya tidak perlu hutang ke luar negeri, melainkan hutang ke Bank Indonesia (BI).

“Hutang ke BI itu sebenarnya cetak uang, ya kalau cetak uang gak masalah sepanjang kita mengkontrolnya dengan baik. Di Cina dan Amerika Serikat saja sudah cetak uang,” terangnya.

Dengan begitu, Arief mengaku optimis dengan keberadaan komite yang dibentuk melalui Perpres 82 2020. Apalagi, ia mendengar kabar kerja menteri keuangan yang full 24 jam sehari.

“Untuk itu saya yakin lah ya, kita bisa keluar dari badai ini,” pungkasnya. (der/fin/ima)

Sumber: