Astaghfirullohaladziim, Jubir Satgas Covid-19 Sebut Per Hari Kasus Positif Tambah 1.560 pasien
Kasus positif COVID-19 di Indonesia sudah mencapai 109.936 orang. Data Satgas Percepatan Penanganan COVID-19, Sabtu (1/8), menyebutkan terjadi penambahan per hari sebanyak 1.560 kasus.
Sebanyak 2.012 pasien dinyatakan sembuh. Sehingga total ada 67.919 kasus kesembuhan.
Meski begitu, juga ada 62 orang yang dilaporkan meninggal dunia. Kematian akibat Corona di Tanah Air mencapai 5.193 kasus. Provinsi Jawa Timur tercatat paling tinggi se-Indonesia.
Update data Satgas Percepatan Penanganan COVID-19 juga menyatakan 8 provinsi tidak ada penambahan kasus baru. Juru Bicara Satgas COVID-19, Wiku Adisasmito menjelaskan pemerintah terus melakukan berbagai upaya untuk menekan laju peningkatan kasus Corona.
"Apabila kita melakukan dengan tepat preventif dan promotif sesuai protokol kesehatan, prediksi angka tembus 1.000.000 kasus tidak akan tercapai. Yang menentukan jumlah kasus di Indonesia adalah perilaku menjalankan protokol kesehatan. Ini harus dilakukan oleh seluruh masyarakat. Kita tidak menunggu angkanya meningkat, tetapi melakukan perubahan perilaku," ujar Wiku.
Indonesia menempati ranking 143 dari 215 negara di dunia dalam kasus COVID-19. Menurutnya, semua pihak harus serius menjaga supaya kasus positif tidak meningkat.
"Kita bisa mengendalikan. Kuncinya, menjalankan protokol kesehatan secara disiplin. Ini sangat penting dipahami dan dijalani dengan benar," paparnya.
DKI Jakarta masih di posisi pertama dengan tambahan pasien positif sebanyak 368 orang. Selanjutnya Jawa Timur berada di posisi kedua dengan tambahan pasien positif 235 orang.
Dengan tambahan tersebut, total pasien COVID-19 di Jawa Timur mencapai 22.324 orang. Posisi ketiga Jawa Tengah sebanyak 143 orang. Untuk pasien pasien meninggal dunia, ada tambahan 21 orang dari Jawa Timur.
Sehingga total meninggal mencapai 1.719 orang. Angka ini tertinggi di Indonesia. Disusul DKI Jakarta 843 orang dan Jawa Tengah sebanyak 637 orang.
Sementara itu, sejarawan Universitas Indonesia (UI) Tri Wahyuning M Irsyam menyebut kondisi pandemi COVID-19 mirip dengan wabah flu Spanyol pada 1918 silam. Saat itu, pemerintah kolonial rutin berkeliling menggunakan mobil untuk menyosialisasikan penyakit itu mematikan. Sehingga lebih baik di rumah, memakai masker dan menjaga kebersihan.
"Hal tersebut dilakukan pemerintah kolonial Hindia Belanda karena tidak semua orang saat itu bisa membaca koran dan mendapatkan informasi yang benar," kata Tri di Jakarta, Sabtu (1/8).
Pemerintah kolonial menggunakan cara-cara sosialisasi secara langsung agar masyarakat tidak menganggap remeh dan waspada terhadap flu Spanyol yang sedang mewabah.
Saat itu, lanjutnya, terdapat perbedaan pandangan antara masyarakat dan pemerintah kolonial. "Masyarakat menilai penyakit tersebut bersumber dari alam. Sseperti debu, angin dan lain-lain. Sementara pemerintah kolonial melihat sumber penularan berasal dari luar. Yaitu orang-orang pendatang yang menjadi pembawa virus," paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: