Pembentukan Taman Nasional Gunung Slamet Diusulkan, Bupati Tegal: Masyarakat Sudah Siap
salah satu influencer tengah mempraktikkan teknik packing yang efisien pada acara Zero Waste Adventure Camp (ZWAC) 2025 di Permadi Camp Guci, Jumat (01/08/2025)-radar tegal-dok. Disperintransnaker Kab. Tegal
BOJONG, radartegal.com – Bupati Tegal Ischak Maulana Rohman telah mengusulkan pembentukan Taman Nasional Gunung Slamet. Usulan yang ditujukan pada Gubernur Jawa Tengah tersebut diajukan bersama empat bupati lain sekitar Gunung Slamet, yakni Brebes, Pemalang, Purbalingga dan Banyumas.
Hal tersebut ia sampaikan pada acara Zero Waste Adventure Camp (ZWAC) 2025 di Permadi Camp Guci, Jumat, 1 Agustus 2025 malam, yang dibuka oleh Deputi Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Berbahaya dan Beracun Kementerian Lingkungan Hidup (LH) Ade Palguna Ruteka.
Ischak menyampaikan, peningkatan status kawasan hutan di lereng Gunung Slamet tersebut diharapkan bisa mencegah deforestasi hutan lindung yang banyak dikonversi secara ilegal menjadi lahan pertanian tanaman kentang oleh sejumlah petani di wilayah Kabupaten Tegal dan Kabupaten Brebes.
“Info terakhir yang kami terima, masyarakat petani (penjarah lahan hutan lindung) sudah siap untuk menghentikan aktivitas pertaniannya di kawasan hutan lindung. Maka, kesepakatan mereka dengan para pihak ini akan kita pantau,” ujar Ischak.
BACA JUGA: 10 Pilihan Wisata Alam Terbaik di Purwokerto, Surga Alam di Lereng Gunung Slamet
BACA JUGA: Diusulkan Jadi Taman Nasional, Hutan Lindung Gunung Slamet Alami Kerusakan Cukup Parah
Deputi Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Berbahaya dan Beracun Kementerian Lingkungan Hidup (LH) Ade Palguna Ruteka pun mendukung rencana pembentukan Taman Nasional Gunung Slamet seluas 30,9 ribu hektare yang mencakup lima wilayah kabupaten tersebut.
Sementara itu, acara ZWAC 2025 itu sendiri berlangsung selama tiga hari dan dua malam dan diikuti oleh 150 peserta pelajar, mahasiswa dan komunitas pencinta alam yang datang dari berbagai kabupaten dan kota di Pulau Jawa.
Kegiatan ini merupakan bagian dari kampanye tahunan Kementerian LH yang sebelumnya telah dilaksanakan di Taman Nasional Gunung Merbabu untuk mengedukasi generasi muda mengenai tanggung jawab terhadap sampah.
Kampanye ini juga membawa misi besar, yaitu menjadikan Gunung Slamet sebagai model destinasi wisata pendakian tanpa sampah atau zero waste hiking destination.
BACA JUGA: Kerusakan Hutan Lindung Gunung Slamet Disorot, 30 Petani Kentang di Sawangan Sudah Tinggalkan Lahan
BACA JUGA: 7 Spot Terbaik Melihat Gunung Slamet dari Kejauhan
“Tujuan utama kita adalah menumbuhkan kesadaran sejak dini bahwa sampah bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi setiap individu. Para pendaki, pelajar, mahasiswa, komunitas, semuanya bisa jadi pelopor gerakan perubahan ini,” jelas Ruteka.
Pihaknya melibatkan sejumlah tokoh pendaki nasional sebagai influencer yang dinilai memiliki amplifikasi besar di media sosial untuk ikut serta mengampanyekan zero waste. Mereka juga mengajak peserta berlatih teknik pendakian seperti packing ramah lingkungan, manajemen sampah, etika pendakian, hingga praktik langsung pemilahan sampah di lingkungan alam terbuka.
“Mari, jadikan Gunung Slamet ini bukan saja gunung yang bersih dari sampah, tapi destinasi role model pendakian yang bertanggung jawab. Petualangan bebas sampah itu mungkin. Zero waste adventure is possible,” ucapnya.
Founder ZWAC Siska Nirmala menuturkan gagasan zero waste adventure diluncurkan sejak tahun 2012. Kegiatan kamping dan bertualang di alam terbuka bersama anak-anak muda menjadi basis gerakannya yang kemudian didukung Kementerian LH sebagai bagian dari kampanye Hari Sampah Nasional. Adapun acara puncak ZWAC 2019 diselenggarakan di Curug Layung, Bandung. Sedangkan ZWAC 2024 diselenggarakan di Taman Nasonal Gunung Merbabu.
“Trend pendakian gunung terus meningkat dan hampir semua gunung ramai pendakian. Sehingga edukasi gaya hidup minim sampah ke generasi muda lewat kegiatan berpetualang seperti ini sangat diperlukan dan ini efektif,” ungkapnya.
Ulfa (22), salah satu peserta ZWAC 2025 asal Wonosobo mengaku tertarik dengan kegiatan pengurangan dan pengolahan sampah, termasuk aktivitas pendakian. Sehingga menurutnya, basecamp pendakian harus terlibat aktif menegakkan aturan pengelolaan sampah kepada pendaki agar kebersihan gunung tetap terjaga.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:

