Untuk melanjutkan perjalanan menuju ke Pulau Dewata, warga masyarakat harus menumpang kapal laut jika menggunakan moda transportasi darat. Saat ini, Pelabuhan Banyuwangi sendiri sudah sangat sibuk, karena peningkatan volume penumpang dan kendaraan yang akan menyeberang.
Akibatnya jumlah kapal feri yang beroperasional semakin padat, dan tidak seimbang dengan jumlah dermaganya. Ironisnya, perjalanan pun kerap terkendala ombak, jika gelombang di Selat Bali sedang tinggi, dan tak memungkinkan untuk perjalanan laut.
Tidak sedikit yang beralibi pembangunan Jembatan Jawa Bali akan mempermudah jalur wisatawan dan perekonomian. Karena otomatis perjalanan akan menjadi lebih cepat, murah, dan aman dibandingkan melalui laut.
3. Ditolak Masyarakat dan Pemerintah Bali
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi yang ingin mengusulkan kembali pembangunan jembatan Selat Bali ternyata bertolak belakang dengan Pemerintah Jembrana Bali. Hal ini karena pemerintah Jembrana menolak mentah-mentah rencana tersebut.
Penolakan tersebut didukung oleh Persatuan Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Jembrana. Selain itu juga PHDI Kabupaten Banyuwangi dan Bali, yang menyatakan penolakan terhadap rencana pembangunan proyek Jembatan Selat Bali.
Pemkab Banyuwangi diminta mempertimbangkan aspek keagamaan dan budaya, jika tetap ingin membangun jembatan penghubung tersebut. Menurut mereka justru yang paling mendesak bukanlah pembangunan jembatan, tapi infrastruktur jalan antara Denpasar-Gilimanuk.
4. Adanya mitologi Pulau Jawa dan Bali Memang Harus Terputus
Masyarakat Pulau Bali sejak dahulu kala dikenal sangat menghormati sejarah dan mitologi Hindu, termasuk tentang polemik pembangunan Jembatan Jawa Bali tersebut. Sebagai informasi, dalam mitologi Hindu tersebut di antaranya menyebutkan tentang Selat Bali.
Disebutkan bahwa Sang Dang Hyang Sidhimantra memang sengaja memisahkan Pulau Bali dan Pulau Jawa dengan laut sebagai pemisahnya. Secara sekala dan niskala, Pulau Bali dan Jawa sengaja diputus, demi menjaga banyak kebaikan.
Laut di Selat Bali yang menjadi pemisah dan pembatas, merupakan filter untuk mencegah hal-hal buruk dari luar Bali. Sehingga Bali tidak akan terpengaruh hal negatif, dan tetap bisa menjadi Bali yang tetap kuat kebudayaannya.
5. Tak Boleh Ada Bangunan Lebih Tinggi dari Padmasana
Dalam agama Hindu terdapat kepercayaan kalau bangunan atau posisi manusia tidak boleh lebih tinggi dari Padmasana. Padmasana adalah tempat sembahyang atau menaruh sesajian pada umat Hindu.
Ini karena Padmasana adalah sebuah tempat suci yang harus dijaga kesuciannya, salah satunya dengan menjaga posisi manusia atau bangunan di sekitarnya harus lebih rendah. Namun karena ombak Selat Bali yang tinggi, Jembatan Jawa Bali yang akan dibangun pasti lebih tinggi dari lautan dan dataran Pulau Bali.