Selain mitologi Dahyang Sidhimantra terkait mitos jembatan penghubung Jawa-Bali. Terdapat penolakan dari budaya, geografis, dan Pemerintah Pulau Dewata itu sendiri.
BACA JUGA:Mitos Jawa-Bali Tak Boleh Terhubung Jembatan Terjawab, Padahal Jawa dan Madura Bisa
Masyarakat Pulau Dewata khawatir dengan meningkatnya kriminalitas di Bali. Sebab jika terhubung dengan Jawa akan berakibat padatnya penduduk.
Hal itu berkaitan dengan mobilitas perpindahan penduduk yang bisa membuat padat. Hingga berdampak pada aktivitas dan kerusakan alam.
Selain itu, masyarakat setempat juga percaya bahwa Pulau Jawa dan Bali memang harus dipisahkan. Keyakinan itu terkait dengan legenda yang dipegang teguh kebudayaan lokal.
Terlebih pesona Bali terletak pada keindahan alam yang ditawarkan. Maka kebudayaan daerah setempat masih terus dipertahankan.
3. Dampak keindahan alam
Pulau bali sangat terkenal dengan wisata pantai yang sangat indah. Wisatawan mancanegara pun rela berkunjung untuk menikmati suasana alam tersebut.
Mulai dari pantai, mall, hingga kuliner membuat Bali jadi tempat favorite untuk dikunjungi. Pesona alamnya pun sangat memukau untuk menikmati liburan.
Masyarakat Pulau Dewata khawatir bukan hanya pada mitos jembatan penghubung Jawa-Bali. Tapi pada keindahan alam yang mungkin akan rusak pada proses pembuatannya.
Terlebih masyarakat ingin menjaga tanah dan budaya leluhur agar terus lestari dan berkembang. Hingga menolak dengan tegas adanya pembangunan jembatan.
Sebab, pulau Bali memiliki banyak keindahan yang akan berdampak jika pembangunan terus dilakukan. Bisa membuat alam menjadi menurun karena jembatan yang dibuat.
Sampai saat ini, wisatawan yang ingin berkunjung ke Bali hanya bisa menggunakan dua jalur yaitu laut dengan kapal ferry dan udara dengan pesawat.
Demikianlah mitos jembatan penghubung Jawa-Bali yang sampai saat ini tidak bisa diwujudkan sebagai bentuk menjaga alam Pulau Dewata. Semoga bermanfaat.(*)