RADAR TEGAL - Mitos jembatan penghubung Jawa-Bali kini semakin memberikan tanda tanya karena sulitnya pembangunan. Terlebih jarak kedua pulau hanya 5 kilometer saja dan terbilang cukup dekat.
Padahal pulau Jawa dan Bali sangat erat kaitannya dengan masyarakat Indonesia. Hingga mitos jembatan penghubung Jawa-Bali pun sering dibandingkan dengan Surabaya-Madura.
Jika mitos jembatan penghubung Jawa-Bali ini benar. Pembuatannya pun terhambat dan keinginan masyarakat Jawa untuk mempercepat perjalanan semakin tipis.
Siapa sangka, dibalik mitos jembatan penghubung Jawa-Bali ternyata ada mitologi Dahyang Sidhimantra didalamnya. Hingga masyarakat setempat menolak pembuatannya.
BACA JUGA:Tak Seperti Surabaya-Madura, Jembatan Penghubung Jawa-Bali Mustahil Dibangun karena Terhalang Mitos
Apa maksud dari mitologi itu? Ini tiga poin penting penghalang dan penyebab jembatan tidak akan bisa dibangun untuk mempertahankan kedua pulau yang banyak dikunjungi dari mitos daerah berikut.
1. Mencegah hal negatif dari pembuatan jembatan
Ternyata, dari pembuatan jembatan Jawa-Bali tersimpan mitos yang berbahaya. Hal itu jadi penyebab mengapa jembatan penghubung ini tidak bisa dibuat.
Gagasan dibangunnya jembatan antara Jawa dan Bali ini sudah ada sejak 1960-an yang dibuat Prof. Sedyatmo dari Institute Teknologi Bandung (ITB) tapi ditolak.
Sampai saat inipun banyak sumber yang menjelaskan mengapa gagasan Prof. Sedyatmo ditolak. Hingga munculah alasan lain terkait larangan pembangunan hingga mitologi Dahyang Sidhimantra.
BACA JUGA:3 Hal yang Buat Jembatan Jawa-Bali Tidak Terrealisasi, Salah Satunya Terkait Konstruksi
Konon katanya mitos jembatan penghubung Jawa-Bali dari mitologi Dahyang Sidhimantra adalah menolak hal negatif yang akan datang. Sehingga berharap Pulau Bali tetap aman.
Mitologi tersebut menjelaskan mengapa alasan memutus Pulau Bali dan Jawa. Ternyata untuk menyaring hal negatif dari pulau luar Bali agar mudah diawasi.
Adanya mitologi yang diyakini masyarakat setempat bertujuan untuk melindungi satu sama lain. Sehingga Pulau Dewata dan Jawa memberikan rasa aman untuk penduduknya.
2. Banyak penolakan utama yang muncul