2. Anugerah payung emas untuk pendharmaan raja
Nama Salingsingan juga terkait dengan Prasasti Salingsingan (880 M) yang memberitakan tentang raja Kerajaan Mataram Kuno, yakni Maharaja Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala (856 - 883 M).
Ia menganugerahkan payung perak dengan puncak emas untuk "bathara i salingsingan". Dalam bahasa Jawa Kuno, kata bathara bermakna 'dewa atau penguasa', misalnya raja, yang lalu didewakan.
BACA JUGA:3 Misteri Situs Ratu Boko, Perang Bertuah antara Medang dan Walaing
Karena itu, diduga candi ini berubah fungsi dari dharmmanira menjadi tempat pendharmaan seorang penguasa atau raja, hingga seorang raja besar Mataram Kuno pun mempersembahkan payung bersepuh emas.
Identitas pasti dari penguasa tersebut belum bisa dipastikan. Namun, Rakai Kayuwangi sendiri adalah putra bungsu Rakai Pikatan (840 - 856 M) dan Pramodawardhani.
Pasangan beda agama di balik pembangunan candi-candi spektakuler seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Sebetulnya, di dekat Candi Asu ada dua candi lainnya, yakni Candi Pendem dan Candi Lumbung.
Demikian, informasi mengenai Candi Asu Sengi yang sangat dihormati oleh raja besar Mataram Kuno hingga dianugerahi payung bersepuh emas. Semoga bermanfaat bagi Anda yang ingin tahu tentang fakta unik candi-candi di Indonesia, tepatnya di tanah Jawa.***