Relik tersebut biasanya biji kristal yang ditemukan pada abu kremasi orang-orang suci penganut Buddha, serta dilengkapi arca perwujudan sebagai sarana pemujaan. Sayangnya, relik itu sudah tidak ada lagi.
BACA JUGA:Terpahat Indah di Candi-Candi, Begini 5 Fakta Naga di Jawa Kuno
3. Pemujaan Sang Buddha
Ruang di sisi selatan gua ini dijaga oleh arca ular raksasa yang diduga adalah Mucalinda. Mucalinda ini terlihat menjaga ruangan Sang Buddha.
Selain itu, ditemukan juga altar dengan padmasana di atasnya, yang diduga dulunya ditempati sebuah arca dewata karena ada prabamandala yang dipahatkan pada dinding.
BACA JUGA:2 Keunikan Candi Tegowangi, Keterikatan dengan Dunia Bawah dan Kisah Ruwat
4. Gerbang yang diruwat
Di bawah relief Garuda, ada pintu penghubung ke ruang selanjutnya. Garuda ini mencengkeram ular, yang diduga sebagai simbol dosa, mala, dan kekotoran.
Garuda menjauhkan ular ke belakang, sedangkan tangan satunya memberkati arah pintu. Jadi, dengan memasuki pintu ini, peziarah diharapkan lepas dari segala dosa dan kekotoran.
Konsep gerbang yang diruwat Garuda ditemukan juga di candi-candi masa akhir Majapahit, seperti Candi Sukuh dan Candi Cetho. Ada juga ruang penting berisi arca kepala naga yang cukup besar dan bermahkota, yakni nagaraja.
5. Perjalanan jiwa menuju pencerahan
Relief mayat hanyalah sebagai bagian dari potret alam materi. Tepat di tengah relief, ada air yang dipercaya menghubungkan alam nyata dan kematian, seperti kisah Sri Tanjung yang menunggangi ikan untuk melintas alam.
Pada relief, sisi kiri mewakili dinamika kehidupan, sedangkan sisi kanan mewakili akhir dari dinamika kehidupan, yakni kematian, di mana tubuh manusia pun hancur.
Relief materi ini berada di sebelah kiri dari sosok Buddha yang melakukan dhyani mudra. Sosok Buddha ini sendiri, dengan rambut masih terjuntai, diduga baru memulai perjalanan meninggalkan keduniawian.
Di sebelah kanannya, ada ruang kosong, yang bersih dari relief, serta ditinggikan lantainya. Hal ini mewakili alam pencerahan.
Di sini, juga terdapat sosok Buddha dengan sikap dharmacakra mudra serta melayang di langit-langit. Karena itu, ruangan tersebut menggambarkan perjalanan jiwa yang mencapai pencerahan.