RADAR TEGAL - Gua buatan yang berlokasi di Kecamatan Mojoroto, di kaki Gunung Klotok, mempunyai berbagai peninggalan arkeologis, termasuk dwarapala. Selain itu, relief di Goa Selomangleng mempunyai berbagai makna filosofis.
Relief di Goa Selomangleng semuanya terpahatkan secara memanjang pada dinding berbahan batu andesit layaknya candi. Uniknya, bentangan relief ini memberikan informasi yang cukup tentang kegunaan dari gua ini.
BACA JUGA:Relief Penuh Dualisme, Inilah 3 Kisah Magis Era Akhir Majapahit di Candi Surowono
Selain menggambarkan kehidupan hingga kematian manusia, relief di Goa Selomangleng menjadi penjaga relik atau benda berharga di gua ini. Beberapa di antaranya pun mempunyai unsur ruwatan.
Pada kesempatan kali ini, radartegal.disway.id akan mengajak Anda untuk mengenal salah satu gua yang terkenal di Indonesia, tepatnya di tanah Jawa. Melansir dari kanal youtube ASISI Channel berikut informasi mengenai 5 filosofi relief di Goa Selomangleng.
BACA JUGA:3 Mitos Goa Selomangleng, Konon Tempat Pertapaan Sekaligus Pemakaman Terbuka
5 Filosofi relief di Goa Selomangleng
1. Kehidupan keseharian masyarakat
Dimulai dari barat, ada keluarga kaya dengan rumah mewah beserta para pelayannya. Lalu, sebuah istana dengan kori agungnya, hutan dengan beberapa adegan perburuan, serta perairan yang diduga Sungai Brantas lengkap dengan buayanya.
Di seberangnya ada awan-awan. Seramnya, terdapat relief ksetra atau kuburan, mayat-mayat tergeletak dengan usus terburai, dan setumpuk tengkorak.
Di paling selatan dan terakhir, ada ruangan yang disucikan karena posisinya lebih tinggi dari yang lain. Selain itu, ada juga relief Buddha di langit-langit gua.
2. Penjaga Goa Selomangleng
Di gua ini, ruang sisi utara dijaga Kala Kirtimukha. Menariknya, hiasan Kala Kirtimukha tidak ditempatkan di pintu luar sebagaimana candi-candi lain, tetapi diletakkan di dalam ruangan.
Ada sesuatu yang pastinya sangat penting di dalam hingga harus dijaga Kirtimukha. Ruangan tersebut diduga sebagai sebuah pendharmaan tokoh penting dan di dalamnya ada sarira atau relik.
Kirtimukha-nya sendiri bergaya Singasari disertai hiasan medallion, seperti pada Candi Kidal di Malang, yang merupakan candi pendharmaan Anusapati.