RADAR TEGAL - Makhluk berwajah raksasa muncul dari dalam tanah setelah 150 tahun sebelumnya diramalkan oleh orang yang kerasukan. Itulah arca Totok Kerot di Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
Arca Totok Kerot ini disebutkan dalam Kitab Babad Kediri pada tahun 1832. Uniknya, kitab tersebut mencatat racauan orang yang dirasuki Roh Buta Locaya.
BACA JUGA:Konon Petilasan Ratu Teluh, Ini 4 Fakta Menarik Candi Calon Arang
Selain itu, karena ukuran arca Totok Kerot yang sangat besar, masyarakat pun memunculkan berbagai versi cerita dari arca tersebut. Mulai dari Panji Kuda Narawangsa, Calon Arang, hingga Ratu Lodoyong.
Pada kesempatan kali ini, radartegal.disway.id akan mengajak Anda untuk mengenal beberapa mitos yang terkenal di Indonesia, tepatnya di tanah Jawa. Melansir dari kanal youtube ASISI Channel berikut informasi mengenai 2 mitos arca Totok Kerot yang berada di Kediri, Jawa Timur.
BACA JUGA:2 Mitos Kerajaan Hantu dalam Kakawin Sena, Mulai dari Katalog Hantu hingga Setra Gendamayit
Penampilan arca Totok Kerot
Sebelum membahas mengenai mitos asal usul pembuatannya, alangkah baiknya untuk mengenal sosok arca raksesi satu ini.
Totok Kerot digambarkan duduk bertumpu pada satu kaki dengan rambut gimbal yang terurai panjang. Arcanya sendiri dipahat dari batu monolit atau tunggal setinggi 3 meter.
Ekspresinya menyeringai dan melotot tegas, tapi bagian taring dan kedua tangannya telah mengalami vandalisme. Kemungkinan besar, tangan kirinya yang telah raib dulunya memegang gada.
Sementara, Udarabhanda atau ikat dada Totok Kerot dipahat seolah-olau kendor, dengan ukiran manik-manik nan indah, begitu juga kelat bahunya. Kakinya pun dihias binggel berbentuk ular.
Meski kainnya polos, bulu-bulunya dipahat dengan sangat detail. Mulai dari kumis, dada, tangan, hingga kakinya.
Menariknya, banyak ornamen berbentuk kapala atau tengkorak, ada di jamang atau ikat kepala, hara atau kalungnya, kundala atau antingnya, dan kelat bahu atasnya. Kemungkinan ada pengaruh dari Tantra Bhairawa.
Hal ini karena di zaman Kediri, Tantra Bhairawa makin kuat pengaruhnya. Misalnya, Prasasti Ngantang (1135 M), menyebut guru Raja Jayabaya (1135 - 1159 M) adalah penganut Bhairawa yang taat.
BACA JUGA:Candi di Magelang Ini Diberi Nama Candi Asu Sengi, Padahal yang Ditemukan Arca Lembu Nandhi