Setibanya di depan gua, seperti sebelumnya, Mpu Bekung duduk melakukan pemujaan memohon ke hadapan Sanghyang Nagaraja Basukih.
Namun meski sudah lama melakukan pemujaan Sanghyang Nagaraja Besukih tak kunjung keluar. Hal itu karena Nagaraja Besukih marah besar, sebab dia telah diperdaya oleh suara genta.
Tak putus asa, Mpu Bekung melanjutkan lagi pujastutinya dengan mengujarkan Asta Puja, Basukih Stawa dan Utpeti, Stiti Mantra diiringi dengan suara genta saktinya.
Barulah Nagaraja Besukih keluar dan melihat Mpu Bekung yang ada di sana. Kemudian Mpu Bekung langsung merangkul Nagaraja Besukih seraya menghaturkan sembah panganjali agar Nagaraja memberikan anugrah.
“Om paduka Bhatara, ampunilah anak hamba. Tahu betul hamba akan perbuatan anakku yang demikian tak berbudi dan tak terpuji. Bila mana berkenan, sudilah Bhatara menceritakan perbuatan anak hamba itu," kata Mpu Bekung.
NAmun Nagaraja seperti tak menghiraukannya. Dia hanya diam dan mukanya cemberut, menunjukkan kekesalan perasaannya yang tak terhingga.
Tapi, karena Mpu Bekung sudah memohon maaf dengan tulus dan suci, maka Nagaraja oerlahan berkata. Nagaraja menceritakan segala perbuatan yang dilakukan Ida Sang Bang Manik Angkeran, yang mengatakan diutus oleh Mpu Bekung untuk menghaturkan susu lembu, sampai akhirnya dihanguskan menjadi abu oleh dia.
BACA JUGA:Cerita Sejarah Terputusnya Jawa dan Bali Bagian 2: Anak Mpu Bekung Jadi Raja Judi
Mendengar cerita Nagaraja, meleleh air mata Mpu Bekung. Setelah mendengar semua cerita Nagaraja, Mpu Bekung kembali menghaturkan sembah.
“Singgih pukulun paduka Bhatara, demikian memang dosa anakku itu, namun rupanya dia sudah menjalani kematian, habis sudah dosanya. Inggih, hamba sekarang memohon anugerah pukulun Bhatara, sudilah kiranya paduka Bhatara menghidupkan kembali Manik Angkeran, karena dialah anak hamba satu-satunya, sebagai pewaris keturunan yang akan melanjutkan keberadaan hamba kelak."
"Bila mana dia nanti hidup kembali, hamba akan menyerahkan dirinya kepada paduka Bhatara, agar menghamba di sini sampai kelak kemudian hari,” ujar Mpu Bekung.
Mendengar itu, Nagaraja berkata, “Ah, Sang Mpu, bila demikian permintaanmu, aku dengan suka rela menghidupkan anakmu, namun agar sudi kiranya Sang Mpu menyambung kembali ekorku.”
“Singgih paduka Sanghyang, bila demikian keinginan paduka hamba bersedia untuk menyambung kembali ekor paduka Bhatara. Namun, sebelumnya, maafkanlah hamba berani berhatur sembah bila mana paduka Bhatara berkenan, permata intan yang sebelumnya berada di ekor paduka, sebaiknya ditempatkan saja di bagian mahkota paduka Bhatara," kata Mpu Bekung sembari menyembah.
BACA JUGA:Cerita Sejarah Terputusnya Jawa dan Bali Bagian 1: Mpu Bekung, Anak Mpu Tantular Jelmaan Dewa Brahma
"Karena akan nampak sangat maha utama, dan mereka yang jahat tidak akan tergoda untuk ingin memilikinya. Dan bila mana masih di bagian ekor, di samping terlihat nista, juga membuat paduka Bhatara tidak bisa terbang karena keberatan di bagian ekor,” imbuh Mpu Bekung.