Doa dipanjatkan dengan harap agar keselamatan dan kelancaran seni tradisi ini senantiasa terjaga. Inilah momen ketertarikan mendalam masyarakat terhadap keberagaman seni budaya yang dipersembahkan.
Saat matahari mulai terbit, upacara Jamasan dilanjutkan dengan penuh semangat. Patung Sukrasana dan para pengelola sanggar dimandikan dengan air kembang dari tujuh sumber berbeda.
Simbolisnya, air ini membersihkan segala energi negatif dan mencerahkan kesucian sanggar seni.
Di sini masyarakat merasa terdorong untuk ikut serta dalam mendukung kegiatan seni tradisi yang memperkuat identitas dan budaya setempat.
Setelah upacara Jamasan, acara 6 jam menari dimulai. Anggota sanggar menampilkan tarian di berbagai lokasi, termasuk di pendopo, halaman, jalan, sawah, bahkan di atas genting.
Semangat mereka yang tak kenal lelah dalam menari mencerminkan dedikasi dan cinta mendalam terhadap seni tradisi.
Masyarakat pun turut menikmati tarian tradisional seperti Jathilan dan tari Campur, hasil inovasi kreatif dari dusun Sumber.
Kegiatan seni ini tidak berhenti sampai di situ. Pementasan wayang kulit yang dipersembahkan oleh dalang muda, dari Padepokan Cipta Budaya, menjadi atraksi menarik lainnya di malam hari.