BACA JUGA:Berkaitan dengan Tiga Kesalahan, Ini Asal Usul Nama Salatiga
Orang Jawa sendiri mengagungkan pepatah 'bahasa iku busana ning bangsa' yang artinya bahwa bahasa merupakan balutan dari siapa diri kita.
Bahasa Jawa dikenal dengan penuturan bahasa yang tergantung dengan lawan bicaranya.
Ketika berbicara dengan orang tua menggunakan bahasa Krama, sedangkan ketika berbicara dengan yang seumuran menggunakan bahasa Ngoko.
Lokasi daerah berbahasa Ngapak yang jauh dari pusat kekuasaan membuat budaya yang ada di masyarakat tidak terpengaruh budaya kerajaan.
Masyarakat penutur bahasa Ngapak disebut sebagai 'Adoh Ratu Cedhak Watu' yang artinya jauh dari raja dan dekat dengan batu.
Mereka jauh dengan rajanya, baik secara geografis maupun interaksi kebudayaan.
Hal ini membuat kultur bahasa yang dibentuk oleh kerajaan tidak banyak masuk ke wilayah Banyumas dan sekitarnya.
Bahasa Ngapak yang blak-blakan membuat bahasa Ngapak terkesan kasar, tidak seperti bahasa Jawa pada umumnya yang terkesan halus.
BACA JUGA:Unik! Ini Alasan Nama Daerah di Jawa Barat Selalu Berawalan ‘Ci’
Perbedaaan Bahasa Jawa dan Bahasa Ngapak
Antara bahasa Jawa dan bahasa Ngapak memiliki perbedaan yang dapat Anda lihat jelas.
Bahasa Jawa menggunakan tingkatan dalam penuturannya, tergantung dengan lawan bicaranya. Sementara bahasa Ngapak tidak ada tingkatan dalam penuturannya.
Kata dalam bahasa Jawa diucapkan berbeda dengan tulisannya, misalnya 'apa' diucapkan menjadi 'opo'.
Sementara kata dalam bahasa Ngapak diucapkan sama dengan tulisannya, misalnya 'apa' tetap diucapkan 'apa'.
Antara bahasa Jawa dan bahasa Ngapak memiliki beberapa kosakata yang berbeda, misalnya inyong (aku), kencot (lapar), madhang (makan), dan masih banyak yang lainnya.