Setiap langkah mereka meninggalkan jejak sejarah yang mengagumkan. Sementara Bagus Suanda tak pernah menyerah dalam pengejarannya.
Ia terus menghadapi tantangan demi tantangan, hingga akhirnya menemukan Gendowor yang terperangkap dalam kehausan akan air empang di Kedokan Sayang.
Serangan mereka membuat langit bergetar karena kesaktian yang dilontarkan.
Namun, takdir tak selalu berpihak pada pahlawan kita. Gendowor harus menghadapi kekalahan telak di Kedokan Sayang, di mana kemenangan Bagus Suanda terasa sangat menyayangkan, sebab seorang Adipati terpandang seperti Gendowor justru tewas di sana.
Kuda setia Gendowor, Kidapati, juga berjasa besar dalam perjalanan ini. Ketika Gendowor kalah, Kidapati setia menemaninya hingga akhir hayat.
Makam Kidapati masih berdiri gagah di Pemakaman Seng, atau dikenal juga sebagai jaratan Kasi, sebagai kenangan abadi akan kesetiaan kudanya.
Kisah perseteruan ini akhirnya berakhir dengan peristiwa epik yang menorehkan sejarah di Tegal. Kedokan Sayang menjadi lambang perjuangan dan keberanian Gendowor, juga kemenangan Bagus Suanda.
Kisah dua pahlawan ini mengilhami banyak orang untuk selalu berani melawan takdir dan tak kenal menyerah dalam menghadapi tantangan kehidupan.