Pertunjukan sintren menggambarkan perjalanan hidup dan kesucian seorang gadis belia yang diperankan oleh seorang gadis yang masih suci, belum akil-balik, dan tidak pernah terjamah tangan lelaki.
Sintren awalnya digunakan sebagai sarana hiburan dan ajang komunikasi muda-mudi untuk mencari jodoh, serta sebagai mediasi untuk meminta turun hujan.
Sekarang, sintren dipentaskan untuk memeriahkan hari-hari besar nasional, acara hajatan, atau menyambut tamu resmi.
3. Krangkeng:
Krangkeng adalah kesenian tradisional yang dikenal di masyarakat Pemalang sejak tiga abad yang lalu.
Awalnya, kesenian ini berasal dari kegiatan latihan olah kanuragan yang diiringi musik atau tetabuhan.
Kini, olah kanuragan ini telah berkembang menjadi kesenian dan tontonan yang menarik, dengan berbagai jenis ketangkasan lainnya, seperti atraksi kekebalan tubuh dan ketrampilan akrobatik.
4. Kuntulan:
Kuntulan dikenal masyarakat Pemalang pada awal abad ke-20, saat terjadi pergerakan kebangsaan.
Kuntulan awalnya merupakan kegiatan bela diri yang diiringi rebana dan pukulan bedug, serta doa-doa salawat Nabi, sehingga menjadi kegiatan kesenian dan keagamaan.
Setelah kemerdekaan, kegiatan ini berubah menjadi sarana hiburan dan masih dipentaskan pada peringatan hari besar nasional, acara hajatan, atau menyambut tamu resmi.
5. Jaran Kepang:
BACA JUGA: Prabalintang Tegal: Nikmati Keindahan Hutan Pinus dan Berbagai Fasilitas Wisata Menarik
Jaran Kepang atau Kuda Lumping adalah jenis kesenian tradisional yang dikenal di Jawa Tengah.
Di Pemalang, Jaran Kepang memiliki inovasi dengan adegan yang cukup unik, di mana beberapa pemain dijadikan manusia setengah robot yang bisa duduk atau berdiri mematung dalam waktu yang lama.
Kesenian ini biasanya dipentaskan pada acara hajatan, upacara hari besar nasional, atau menyambut tamu resmi.