Makam Mbah Luwung masih dihormati oleh warga desa hingga saat ini, meskipun ada yang percaya bahwa makam tersebut sebenarnya hanya sebuah petilasan.
Pendapat kedua menyatakan bahwa Luwung berasal dari kata "kluweng," yang berarti "lubang." Konon, ada dua objek di desa ini yang menjadi rujukan lubang.
Pertama, pohon jati yang berlubang, yang berada di kompleks pemakaman Mbah Dagan.
Kedua, rawa yang berlubang dan menjadi tempat meninggalnya Adipati Pranantaka saat berkunjung ke daerah ini.
Makna dari kata Luwung menjadi dua, yaitu "hutan" dan "lubang." Meskipun berbeda pandangan, kita sebagai warga desa atau bahkan hanya pengunjung sementara tak perlu memperdebatkan makna tersebut.
Yang lebih penting adalah kita tetap bersatu dan saling menghormati. Setiap pandangan memiliki keunikan dan makna, dan tentu saja, hanya Allah yang mengetahui dengan pasti yang mana yang benar.
Seiring berjalannya waktu, Desa Tembok Luwung tetap mempertahankan pesonanya yang khas dengan segala cerita yang menyertainya.
Nuansa mistis dari sejarah dan cerita-cerita yang menghiasi setiap sudutnya.